> >

Pengamat: Taliban Kuasai Afghanistan Bukan Kemenangan dan Perjuangan Islam

Berita utama | 24 Agustus 2021, 09:26 WIB
Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021). (Sumber: AP PHOTO/ZABI KARIMI)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Pengamat terorisme Nasir Abbas menilai, kemenangan kelompok Taliban atas Afghanistan harus diluruskan bukan sebagai kemenangan dan perjuangan Islam.

Demikian Nasir Abbas dalam pernyataan di Sapa Pagi Kompas TV menyoal Efek Taliban pada Terorisme di Indonesia, Selasa (24/8/2021).

“Menurut saya perlu diluruskan bahwa itu adalah kemenangan Taliban dan itu adalah perjuangan Taliban,” kata Nasir Abbas.

Sebab, kata Nasir Abbas, persepsi yang keliru tentang kemenangan Taliban atas Afghanistan membuka peluang perekrutan terhadap kelompok-kelompok tertentu di Indonesia.  

“Yang kita khawatirkan sebenarnya adalah akibat euphoria itu, memberi peluang perekrutan. Sehingga masyarakat juga merasa turut gembira akibat dari kelompok ini yang bergembira,” ujar Nasir Abbas.

Baca Juga: Taliban Tolak Perpanjangan Waktu Evakuasi di Bandara Kabul, Amerika Serikat Kebut Penerbangan

“Bukan hanya mereka bergembira, bahkan mereka menyebut ini adalah kemenangan Islam, mereka menyebut di dalam perjuangan Islam.”

Nasir Abbas menambahkan jika persepsi keliru soal kemenangan Taliban atas Afghanistan tidak diluruskan, bukan hanya menumbuhkan kebingungan tapi juga simpati terhadap situasi di Afghanistan.

Pada akhirnya, kata Nasir Abas pintu-pintu perekrutan terbuka seperti halnya yang terjadi pada ISIS.

“Nah di kala kemudian kelompok-kelompok ekstrem, jihadis yang ada di Indonesia ini menggunakan istilah perjuangan Taliban itu dengan perjuangan Islam, kemenangan Taliban itu dengan kemenangan Islam, maka inilah yang akan membingungkan masyarakat bahkan menumbuhkan rasa simpati masyarakat terhadap apa yang terjadi di Afghanistan,” kata Nasir Abbas.

Baca Juga: Afghanistan 18 Kali Ganti Bendera, Mulai Gambar Mesjid dan Pedang hingga Panji Taliban

“Dengan demikian pintu-pintu perekrutan itu akan terbuka sebagaimana yang terjadi di saat ISIS kemudian menyatakan kemenangan, menyatakan mereka dibentuk. Lalu terjadi lagi euphoria di Indonesia dan kita melihat banyak sekali anak-anak muda dan masyarakat yang bergabung dan berbaiat, menyatakan senang dan bahkan ini berangkat ke sana.”

Saat ini, lanjut Nasir Abbas, mungkin saja perekrutan itu belum optimal karena situasi masih pandemi Covid-19. Tapi patut dikhawatirkan, kata Nasir Abbas, persepsi keliru ini memunculkan pengaruh sehingga ingin terekrut dan berangkat ke Afghanistan.

“Walaupun sekarang ini mungkin kesulitan untuk berangkar kesana akibat dari pandemi, tapi paling tidak menjadi bagian dari mereka, itu yang mereka inginkan, bertambah jumlah, berarti memberi peluang untuk peningkatan penggalangan dana,” ujarnya.

Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU