> >

Hati-hati, Panic Buying Bisa Menular

Sosial | 7 Juli 2021, 05:05 WIB
Mengenakan masker sebagai bagian dari protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona, warga India memadati pasar di Jammu, India, Sabtu (14/11) untuk berbelanja kebutuhan perayaan Diwali. (Sumber: AP Photo / Channi Anand)

Baca Juga: KSP: Semua Kebutuhan Akan Cukup Kalau Masyarakat Tidak Panic Buying

"Ketika seseorang terbiasa mengambil keputusan secara emosional, akhirnya otak emosional dia bekerja sehingga sangat cepat, tidak punya pertimbangan matang, sangat impulsif, sehingga saat melihat orang lain (baik itu foto maupun video) belanja barang tertentu yang banyak dia mulai panik," ujarnya, Selasa (6/7/2021) dilansir ANTARA.


Tanpa sadar, pikiran emosionalnya yang mengambil keputusan sehingga dia bersikap impulsif membeli barang-barang yang menurut dia dibutuhkan.


Kegagalan orang berdamai dengan kondisi tak pasti juga bisa menyebabkan kecemasan dan berujung panic buying. Pada keadaan cemas, orang akan lebih mudah menyerap hal-hal yang sifatnya negatif. Mengapa? Awalnya dia sangat takut untuk mengalami hal negatif, tetapi karena dia berpikir irasional, akhirnya malah mengikuti hal negatif.

Orang itu sudah merasa frustasi, semakin merasakan ketidakpastian di masa depan, sehingga ambang stresnya menjadi lebih rendah.

orang yang frustrasi tersebut  juga tidak lagi toleran dengan sekitarnya dan tak jarang mengalami gangguan kecemasan. Akibatnya, dia bisa sangat mengkhawatirkan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu terlalu dipikirkan.

Pada mereka yang mudah cemas, ada kecenderungan mengalami kecemasan yang sifatnya antisipatif. Dia berusaha preventif agar tidak mengalami hal buruk dan berusaha mengendalikan situasi agar sesuai dengan ekspektasinya. 

Penulis : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU