> >

Peran Orang Tua Mendidik Keluarga Agar Bijak Bermedsos

Sosial | 2 April 2021, 17:25 WIB
Ilustrasi netizen (Sumber: Instagram)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Media sosial layaknya mainan, ia akan berfungsi sekehendak pemainnya. Hanya bergerak jika digerakan si empunya. Ketika mainan tidak dimainakan sebagaimana fungsinya, akibatnya adalah kerusakan.

Baca Juga: Medsos Menghargai Perbedaan - KATA NETIZEN (3)

Demikian halnya media sosial, punya kemanfaatan luar biasa. Mempermudah kehidupan sehari-hari, bahkan punya andil besar dalam hal pengembangan sumber daya manusia.

Melalui media sosial, pengguna bisa berkomunikasi secara langsung dengan semua orang dan mengetahui apa yang sedang terjadi dan hangat diperbincangkan.

Tapi sebaliknya, kala media sosial digunakan tidak pada tempatnya, atau tanpa memikirkan kadarnya, bisa-bisa petaka menghantui.

Seperti halnya perilaku hate speech di media sosial yang bisa berbalik permusuhan dan merugikan penggunanya.

Penyebabnya bisa karena sejak dini tidak dibiasakan dengan perbedaan. Alhasil, media sosial jadi wahana untuk memaki satu sama lain.

Baca Juga: Medsos Menghargai Perbedaan - KATA NETIZEN (2)

Melihat problem tersebut, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendidik anak serta keluarga sejak dini untuk bijak dalam bermedia sosial. Membiasakan pada anak-anak bahwa perbedaan itu anugerah.

Seperti yang dijelaskan Maman Suherman dalam program Netizen Kompas TV, mari mulai mengajarkan pada keluarga kita untuk menghargai orang-orang yang berbeda dengan kita. Menghargai orang-orang minoritas.

“Perbedaan itu tidak untuk diseragamkan,” kata Kang Maman.

Kalau tidak begitu, kata Kang Maman, kita akan terbiasa menghina orang karena hanya perbedaan. Lama-kelaman kebiasaan tidak baik itu dianggap biasa.

“Selama itu dianggap biasa di keluarga, pasti akan terbawa keluar,” jelas Kang Maman.

Menurut Kang Maman kebiasaan-kebiasaan menghargai begitu yang harus dijaga betul. Harus dibentuk serta dibiasakan, dan pembiasaannya dimulai dari lingkup paling dekat dan kecil, yakni keluarga.

Kang Maman melanjutkan bahwa perbedaan itu anugerah, dan tidak harus diseragamkan.

Media sosial mestinya menjadi tempat untuk menyatukan perbedaan. Menjadikan keberagaman indah serupa pelangi. Artinya, dalam media sosial tempat untuk saling menghargai satu sama lain.

Bukan kebalikannya, perbedaan melahirkan hate speech.

Dalam program yang sama, Melanie Subono, menyampaikan bahwa edukasi bermedia sosial, selain dalam keluarga, juga harus disampaikan dengan bahasa ringan. Bahasa yang akrab dengan pengguna media sosial.  

“Bahasa-bahasa anak sekarang,” kata Melanie.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Strategi Terorisme Kini Banyak Sasar Perempuan Milenial, Ini Alasannya

Menurut Melanie, edukasi dalam hal bermedia sosial tidak selalu disampaikan dalam bahasa guru atau menggurui. Tapi menuntun dan memberi contoh.

“Yang pasti anak sekarang tidak suka digurui. Jangan menggurui,” jelas Melanie.

Karena menggurui, kata Melanie, mengarah pada kehendak menyeragamkan. Padahal, masing-masing orang bisa menyimpulkan.

Kata Melanie, sebelumnya kita sudah terbiasa dengan kesimpulan seragam dari keluarga.

Baca Juga: Milenial Rentan Terpapar Radikalisme dan Terorisme, Ahli: Media Sosial Jadi Sarana Penyebaran

Penulis : Hedi Basri Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU