> >

Hujan Es Terjadi di Jogja dan Nganjuk, Ini Proses Terjadinya dan Durasi

Sosial | 4 Maret 2021, 09:21 WIB
Ukuran hujan es yang turun di Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman pada Selasa 2 Maret 2021. (Sumber: Dok BPBD Sleman via KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

SOLO, KOMPAS.TV- Hujan es mengguyur sejumlah lokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan juga di wilayah Provinsi Jawa Timur (Jatim) tepatnya di Nganjuk.

Video yang merekam hujan es di wilayah tersebut pun viral di media sosial.

Nah, sekarang bagaimana hujan es dapat terjadi dan berapa lama biasanya durasi hujan es itu.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa hujan es sejatinya merupakan fenomena alami dan dapat terjadi di belahan dunia mana pun.

Baca Juga: Jangan Lebai Soal Hujan Es, Ini Alasannya

Ini yang membedakannya dengan salju yang hanya bisa terjadi di wilayah lintang lebih dari 23,5 derajat.

Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, hujan es bisa terjadi dalam dua kondisi. Pertama pada masa pancaroba yang disertai angin kencang.

Kedua, hujan dengan perbedaan suhu yang besar dalam satu hari.

Dia menjelaskan, saat masa pancaroba, terjadi hujan dengan perbedaan suhu besar disertai angin kencang, hal ini meningkatkan potensi terbentuknya awan cumulonimbus.

Baca Juga: Hujan Es dan Angin Kencang Landa Yogyakarta, Tenda Vaksinasi Covid-19 Ikut Ambruk

Awan cumulunimbus memiliki bentuk mirip bunga kol berwarna putih.

"Kalau hujan es disebabkan oleh awan cumulonimbus, salju disebabkan oleh awan nimbus stratus," ujar Hary seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (4/3/2021).

Hary menjelaskan, awan jenis cumulonimbus lebih banyak mengandung air dalam bentuk padat daripada cair. Oleh karena itu, hujan yang turun bisa dalam bentuk padat.

Baca Juga: Dua Hari Berturut-Turut Hujan Es di Sleman dan Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Terpisah, prakirawan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Klas II Bandara Internasional Lombok (BIL), Kadek Setiya Wati, menambahkan, awan cumulonimbus tak hanya berpotensi menyebabkan hujan es.

Penulis : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU