> >

Kisah Jenderal TNI Berkendara 4 Hari Menempuh Perjalanan 986 Km Tancapkan Merah Putih di Perbatasan

Peristiwa | 31 Desember 2020, 08:32 WIB
Mayjen TNI Widodo Iryansyah, Mantan Staf Ahli Jenderal Andika Perkasa yang Baru Purna Tugas. (Sumber: Youtube TNI AD)

JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Pangdam Brawijaya, Mayjen TNI Widodo Iryansyah, tak pernah lupa dengan pengalamannya saat bertugas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Waktu itu, Mayjen TNI Widodo baru saja dikaruniai pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI. Ia menjabat sebagai Danrem 121/Alambhana Wanawai.

Ditempatkan di suatu daerah perbatasan, bagi Widodo, hal itu merupakan sebuah tantangan. Di sana, dia melihat kondisi ekonomi masyarakat yang ketinggalan dengan wilayah negara tetangga.

Baca Juga: Tim Gabungan TNI-Polri Lakukan Patroli Skala Besar saat Malam Natal

“Kami ditempatkan di suatu daerah yang menurut saya sebagai daerah tantangan. Memang saya suka tantangan,” kata Widodo yang dikutip dari tayangan Youtube TNI AD pada Kamis (31/12/2020). 

“Kami melihat bagaimana ekonomi masyarakat perbatasan saat itu yang sangat jauh ketinggalan dengan negeri seberang.”

Selain ekonomi, tantangan lainnya adalah soal pendidikan yang sangat mencolok sekali perbedaannya dengan Malaysia. 

Di Malaysia, kata Widodo, sebelum masuk sekolah, siswa diberi sarapan pagi berupa bubur kacang hijau. Setelah selesai sekolah pun demikian, mereka anak-anak Malaysia mendapat makan siang, baru setelah itu pulang.

“Kalau di Indonesia belum tentu anak-anak sekolah makan dulu. Saat pulang juga belum tentu mereka makan di rumah, karena disuruh orang tuanya cari keladi di hutan untuk makan,” ujar Widodo.

Baca Juga: Mimpi Jadi Nyata, Pertemuan dengan KSAD Jenderal Andika Perkasa Antar Kuli Bangunan Ini Jadi TNI AD

Menurut Widodo, kondisi masyarakat yang demikian merupakan tantangan baginya saat bertugas di perbatasan, yakni menjaga masyarakat setempat agar tidak luntur kebangsaan mereka.

Widodo menuturkan, kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan. Sebab, jika terus begitu, mereka bisa merasa tidak bangga dengan negaranya sendiri hanya karena melihat negara tetangga kondisinya lebih baik.

“Di situlah tantangan bagi kita agar masyarakat tidak luntur kebangsaannya. Punya kebanggaan jadi warga negara Indonesia,” ucap Widodo. 

“Kalau lama-lama kita biarkan mereka bisa tidak bangga dengan Indonesia karena melihat negara seberang seperti itu. Sementara di Indonesia tertinggal, mutu pendidikannya juga seperti itu.”

Dari kondisi itulah, Widodo kemudian mengajak pemerintah daerah setempat untuk terjun langsung melihat rakyatnya dari dekat.

Baca Juga: Panglima TNI Kerahkan Drone untuk Buru Ali Kalora Cs

Selain itu, di Kalimantan Barat wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, Widodo mewajibkan perwira TNI untuk menjadi guru sekolah. Sebab, dia melihat banyak sekolah yang gurunya hanya satu orang.

“Muridnya sangat butuh guru, tapi gurunya tidak ada. Ada guru bantuan dari kota. Setelah di perbatasan, dia tidak kerasan karena berbagai keterbatasan sarana yang sangat minim, sehingga anggota TNI ini kita wajibkan mengajar,” kata Widodo.

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU