> >

Tokoh Konservasi Badak Indonesia, Widodo S. Ramono, Meninggal Dunia

Peristiwa | 24 Desember 2020, 15:10 WIB
Widodo Sukohadi Ramono, tokoh konservasi badak Indonesia, meninggal hari Kamis (24/12/2020) pukul 11.00 WIB akibat komplikasi setelah memenangkan pertarungan dan resmi dinyatakan negatif Covid-19 (Sumber: Mongabay Indonesia)

BOGOR, KOMPAS TV - Tokoh konservasi Indonesia Widodo Sukohadi Ramono meninggal dunia hari ini  pukul 11.00 di Rumah Sakit BSH Bogor. Almarhum wafat pada usia 75 tahun meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak.

Widodo Sukohadi Ramono adalah salah satu tokoh utama perintis konservasi Badak Jawa dan Badak Sumatera, yang saat ini meninggalkan warisan berupa konservasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon dan Taman Nasional Way Kambas, dua lokasi utama populasi Badak yang tersisa di Indonesia.

Widodo Ramono terkenal ke seluruh dunia karena berhasil memimpin upaya pembiakan berbasis konservasi dari Badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera. Seekor Badak bernama Andatu lahir tahun 2012, merupakan badak Sumatera pertama yang lahir di fasilitas pengembangbiakan di Asia dalam lebih dari 124 tahun. Setelah itu badak kedua lahir tahun 2016 dan diberi nama Delilah oleh presiden Joko Widodo. 

Saat ini Badak Jawa tersisa dibawah 80 ekor dan badak Sumatera diyakini tersisa dibawah 80 ekor. IUCN memasukkan Badak Jawa dan Badak Sumatera ke dalam kategori Kritis Diambang Kepunahan.

Sepanjang hidupnya, Widodo Ramono memusatkan diri untuk membantu pemerintah Indonesia menyelamatkan Badak Jawa dan Badak Sumatera serta habitat asli mereka terutama di Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas Lampung.

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (Sumber: Stephen Belcher/KLHK)

Berbagai negara dan lembaga internasional membantu pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk menyelamatkan Badak Jawa dan Badak Sumatera dari kepunahan.

Saat ini, pemerintah Indonesia dibantu dunia internasional seperti TFCA, International Rhino Foundation, Global Wildlife Conservation, dan konsorsium LSM internasional berjibaku dan bahu-membahu menyelamatkan Badak Sumatera dari kepunahan di Sumatera. 

Kepakaran dan puluhan tahun pengalaman lapangan Widodo Ramono tentang konservasi badak melewati batas negara, dimana Widodo sangat dihormati di dunia internasional dan menjadi rujukan banyak ahli dan pakar biologi serta konservasi badak internasional. Semasa hidup, Widodo menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional.

Diantaranya menerima penghargaan IUCN Peter Scott Award for Conservation Merit tahun 2015. Penghargaan tersebut diberikan IUCN atas pekerjaan seumur hidup untuk menyelamatkan Badak Jawa dan Sumatera dari kepunahan, dari hari-harinya di lapangan di Taman Nasional Ujung Kulon, hingga komitmen teladannya sebagai pejabat senior pemerintah Indonesia, hingga kepemimpinannya di Yayasan Badak Indonesia.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang bercula dua saat ini secara saintifik diperkirakan hanya tersisa kurang dari 80 ekor di seluruh dunia, dan hanya ada di Sumatera, Indonesia (Sumber: Cyril Ruoso/YABI)

IUCN adalah lembaga kolektif beranggotakan 1.400 organisasi serta 17.000 pakar. Keragaman dan keahlian yang luas ini menjadikan IUCN sebagai otoritas global mengenai status alam dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaganya.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU