> >

AIMAN: Tanda-Tanda Jelang Ganti Menteri

Aiman | 21 Desember 2020, 11:06 WIB
AIMAN: Tanda-Tanda Jelang Ganti Menteri. (Sumber: KOMPAS TV)

KOMPAS.TV - Pertengahan Juni 2020, Presiden Joko Widodo menunujukkan kemarahannya kepada sejumlah Menterinya. Meski Reshuffle tak kunjung dilakukan. Konon ada perhitungan, di antaranya soal strategi Pilpres 2024. Benarkah?

Pertanyaan ini memang mengganjal. Mengapa Presiden yang marah besar kala itu, tidak ditindaklanjuti dengan Perombakan Menteri alias Reshuffle.

Baca Juga: Reshuffle Kabinet, Jokowi Pilih Risma? - Opini Budiman

Juni 2020, Marahnya Presiden dan Tertundanya Reshuffle

Saya akan kutip kembali kemarahan Presiden kala itu, yang terkait dengan kekecewaan Presiden atas lambannya respons sejumlah Menteri dalam menangani Pandemi Covid-19.

"Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat perpu yang lebih penting lagi kalau memang diperlukan karena memang suasana ini harus ada, kalau suasana ini, bapak/ibu tidak merasakan itu, sudah. 

Artinya tindakan-tindakan yang extraordinary keras akan saya lakukan," kata Presiden Jokowi kala memberikan arahan pada rapat terbatas di Istana Negara, 18 Juni 2020. 

"Asal untuk rakyat, asal untuk negara. Saya pertaruhkan reputasi politik saya. Sekali lagi tolong ini betul-betul dirasakan kita semuanya. Jangan sampai ada hal yang justru mengganggu," kata Jokowi.

Video ini baru tersebar di publik 10 hari kemudian, yakni pada 28 Juni 2020.

Banyak kalangan bertanya. Berbagai talkshow televisi membahasnya. Apa yang terjadi, kenapa tak diganti?

Beban berat mengurus berbagai persoalan di awal Pandemi disertai dengan rencana Pilkada yang menantang di tengah terus meningkatnya wabah ditengarai menjadi sebagian alasan tak dilangsungkannya Reshuffle.

Ada "Jagoan Survei" di Daftar Reshuffle?

Tapi kini kondisi berbeda. Pilkada sudah berjalan, ada kejadian di sana - sini termasuk soal penularan meski tak signifikan, setidaknya dalam menyita perhatian.

Ditambah lagi, ada beberapa "Jagoan" survei yang bakal kehilangan panggung di dalam waktu tak lama lagi di depan.

Sebut saja Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, yang akan segera berakhir setelah melewati 2 periodenya dengan hasil persepsi publik yang gemilang.

Risma akan resmi meletakkan jabatan 10 tahun sebagai Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Februari 2021 nanti.

Baca Juga: Ini Penjelasan KSP Terkait Kabar Reshuffle Kabinet, Kinerja Menteri dan Polemik Penegakan Hukum

Yang Menarik dari Jawaban Risma

Ada yang menarik dari Jawaban Risma saat ditanya wartawan soal kesediaannya menggantikan eks Menteri Sosial Juliari Batubara yang tersangkut kasus Korupsi.

Meski selalu dengan jawaban khasnya menyatakan bahwa ia tak pernah meminta jabatan, dan memegang amanat itu teramat berat, ia menyatakan setidaknya 3 hal. 

Menyerahkan keputusan kepada Ketua Umumnya bila diminta Presiden nanti, akan Salat Istikharah atau Salat meminta ketetapan hati kepada Tuhan atas sejumlah pilihan, dan lihat saja nanti!

"Nanti dilihat dulu, istikharah bisa apa tidak? Nanti iya iya, tapi ternyata tidak bisa gimana," katanya di rumah dinasnya, Jalan Sedap Malam, Surabaya, Senin (14/12/2020).

Sebelumnya, saya beberapa kali mewawancarai Risma, saat ditanyakan soal jabatan selanjutnya pasca menjadi Wali Kota, Risma selalu tegas menjawab, amanat itu berat. Dan tidak membuka jawaban lain.

Selain Risma, ada pula nama Sandiaga Salahuddin Uno. Calon Wakil Presiden 2019 lalu ini, sampai saat ini memang masih belum ada panggung. 

Padahal ia lagi - lagi seperti Risma, salah satu sosok yang selalu muncul namanya sebagai "Jagoan" Survei, pada tingkat keterpilihan Pemilihan Presiden selanjutnya.

Tak dimungkiri, namanya mencuat pada rencana perombakan kabinet kali ini. Posisinya sebagai Petinggi Partai Gerindra, masuk akal sebagai kandidat yang diajukan untuk menggantikan Edhy Prabowo, eks Menteri Kelautan dan Perikanan yang tersangkut korupsi sepekan sebelum Juliari Batubara terjerat rasuah.

Dari semua paparan ini, tak mudah bagi keduanya Risma dan Sandi untuk maju.

Setidaknya untuk Risma, tidak bisa serta merta muncul meski ia menggantikan Juliari Batubara yang sama - sama kader PDI Perjuangan.

Pada faktanya Risma dan Ari beda kubu. Setidaknya ini yang diungkapkan Burhanuddin Muhtadi, Peneliti dan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia.

"Ari (Juliari) Batubara, ini kan sosok yang berasal dari Puan (Maharani, Ketua DPR), Sementara ada juga faktor asal Ari dari Sumatera Utara, Suku Batak. Saya pikir untuk mengganti akan dipertimbangkan faktor-faktor ini oleh Presiden." Kata Direktur Eksekutif Indikator kepada saya di Program AIMAN yang tayang setiap Senin pukul 8 malam.

"Sementara untuk Sandi. Bisa jadi karakter ia bukan berada di tempat yang tepat di bidang Kelautan dan Perikanan menjadi hambatan, tambah Burhanuddin.

Baca Juga: Beda Versi Antara Polisi dan Pihak FPI Terkait Penembakan Pengawal Habib Rizieq - AIMAN (Bag 3)

Akan Banyak Kejutan pada Reshuffle yang Sudah di Depan Mata?

Meski untuk memasukkan keduanya ke dalam kabinet bisa jadi juga bukan hal mustahil. Konsekuensinya adalah perombakan kabinet akan berlaku bagi banyak pos kabinet. 

Akankah perombakan Kabinet kali ini akan banyak mengundang kejutan?

Kita tunggu dan cermati yang kabarnya sudah di depan mata!

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

 

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU