> >

Rencana KBM Tatap Muka di Bekasi, Begini Plus Minusnya Jika Tetap Harus Dibuka Offline

Sosial | 12 November 2020, 15:46 WIB
Pandemi covid-19, siswa mengikuti kegiatan pembelajaran secara online (Sumber: tribunnews.com)

BEKASI, KOMPAS.TV - Ada dua faktor yang menyebabkan Dinas Pendidikan Kota Bekasi bersikeras menggelar simulasi KBM tatap muka pada Desember 2020 mendatang.

Alasan pertama karena desakan orang tua murid. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), banyak orang tua murid (OTM) yang mengeluh lantaran sudah terlalu lama anak-anaknya belajar di rumah.

Baca Juga: Melihat Kesiapan Kota Bekasi Gelar KBM Tatap Muka

Suasana jenuh dan kendala orang tua yang tak mampu mendampingi anak belajar di rumah jadi pemicu keluhan itu muncul.

"Jadi memang ada suasana kejenuhan ada dari anak-anak dan orang tua yang tidak bisa mendampingi anak belajar di rumah," kata Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriawan Salim, Kamis (12/11/2020), seperti dilansir Kompas.com

Aduan-aduan itu disampaikan kepada setiap kepala sekolah dan berujung ke telinga pihak Dinas Pendidikan Kota Bekasi. 

Alasan kedua, selain keluhan dari orang tua murid, Satriawan menilai keluhan juga datang dari sekolah-sekolah swasta.
 
Selama pembelajaran via daring, banyak sekolah swasta yang kesulitan karena pemasukan yang tergerus.
 
Orang tua murid banyak yang kesulitan membayar uang sekolah yang terbilang cukup mahal. 

Selain itu, pihak sekolah swasta pun mau tak mau memangkas uang pembayaran sekolah demi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. 

Kondisi inilah yang membuat beberapa sekolah swasta terlunta-lunta di tengah pandemi. 

"Saya rasa ini tanda kutip ada kepentingan sekolah-sekolah swasta tertentu. Sekuat-kuatnya ekonomi yayasan, tidak ada yang bisa bertahan selama berbulan-bulan pandemi seperti ini," ucap Satriawan.

Walau demikian, seharusnya Dinas Pendidikan Kota Bekasi lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswanya. 

Satriawan menilai jika KBM tatap muka tetap dipaksakan dalam kondisi seperti ini, tidak menutup kemungkinan klaster Covid-19 akan muncul. 

Kondisi ini pada akhirnya dapat membahayakan guru, murid dan keluarga mereka di rumah. 

Maka dari itu, dia menegaskan kesehatan siswa harus ditempatkan di atas segalanya. 

"Karena hukumnya seperti itu, anak yang bisa belajar adalah anak yang hidup dan sehat. Oleh karena itu hak hidup dan hak sehat itulah yang utama," tutup Satriwan. 

Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah mengatakan, ada sejumlah pertimbangan yang membuat Pemkot Bekasi berencana kembali menggelar simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka. 

Baca Juga: Kompilasi Stand Up Arie Kriting: Saya Jalan-jalan ke Bekasi, Tapi... - SUCI 3

Selain angka penyebaran Covid-19 yang dinilai menurun dan tingginya jumlah pasien sembuh, banyak orang tua dan murid yang mulai jenuh. 

"Biasanya memang seperti itu, tapi mayoritas lebih karena ingin ketemu satu sama lain, (siswa) sudah jenuh, sudah terlalu lama mereka belajar di rumah, berbulan-bulan," kata Inayatullah saat dikonfirmasi, Rabu (11/11/2020). 

Maka dari itu, Pemkot dalam waktu dekat akan bersurat ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meminta persetujuan digelarnya simulasi KBM tatap muka pada Desember 2020 mendatang. 

Dia berharap Kemendikbud memberikan dukungan atas rencana tersebut.

Namun demikian, Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriawan Salim tetap menilai Pemkot Bekasi terkesan memaksa jika tetap menggelar simulasi kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka Desember 2020 mendatang. 

Pasalnya, kota Bekasi baru saja ditetapkan satu satunya sebagai zona merah Covid-19 di Jawa Barat.

Penulis : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU