Rocky Gerung: Amerika Serikat Peringatkan Jokowi Lewat GP Ansor
Politik | 1 November 2020, 11:30 WIBJAKARTA, KOMPAS TV - Pengamat politik Rocky Gerung angkat bicara terkait lawatan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo ke Indonesia belum lama ini.
Seperti diketahui, dalam lawatannya, Mike Pompeo tak hanya bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi beserta jajarannya di Istana Negara.
Tapi, Pompeo juga mengunjungi GP Ansor, organisasi kemasyarakatan atau ormas yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Baca Juga: Kecam Presiden Prancis, Jokowi: Hentikan Kebebasan yang Ciderai Simbol Agama
Menurut Rocky Gerung, kedatangan Pompeo ke Indonesia dilatarbelakangi karena semakin mendekatnya Indonesia dengan China dalam urusan ekonomi.
Amerika Serikat, kata Rocky, lantas datang ke Indonesia untuk meminta kepastian hubungan luar negeri kepada Presiden Jokowi.
Demikian Rocky Gerung menyampaikan pendapatnya itu melalui sebuah tayangan berjudul Menlu AS Ajak Banser Anshor Lawan China Dan Komunis yang diunggah di Kanal YouTube miliknya pada Jumat (30/10/2020).
"Itu menlu dalam sistem politik AS adalah orang kedua setelah presiden (Trump). Kehadirannya berarti ada aurgensi untuk meminta kepastian hubungan luar negeri. Kita harus baca konteksnya, ada ketegangan politik yang beralih ke militer di China Selatan," ujar Rocky Gerung.
Baca Juga: Pompeo akan Datangkan Lebih Banyak Investasi AS ke Indonesia, Terutama 3 Bidang Ini
Rocky Gerung berpendapat, Pompeo ke Indonesia untuk mengobservasi Laut China Selatan yang saat ini masih terus diliputi ketegangan.
Menurut Rocky, Amerika melihat Indonesia yang secara historis berada di pihaknya, namun kini secara pragmatis justru berada di pihak China.
Dengan begitu, kata Rocky, dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat sedang melakukan penghitungan ulang papan catur perpolitikan dan militer di Laut China Selatan.
"Secara pragmatis, Indonesia dianggap terlalu mememberi peluang banyak secara bisnis kepada China," kata Rocky.
Baca Juga: Terkait Bidang Ekonomi, Ini Pembahasan Jokowi dan Menlu AS Mike Pompeo
"Jadi, Amerika Serikat mau menghitung ulang papan catur di Laut China Selatan dengan melakukan konsolidasi."
Lebih lanjut, Rocky Gerung, menuturkan melawatnya Pompeo ke GP Ansor juga bermakna politis dan pada akhirnya bisa ditebak.
Selain menghitung ulang papan catur perpolitikan dan militer, kata Rocky Gerung, Amerika Serikat secara tidak langsung juga hendak memperingatkan Jokowi.
Itu terlihat dari kunjungan Pompeo ke GP Ansor. Dalam kesempatan itu, Pompeo bahkan mengatakan untuk mewaspadai bahaya Komunis China.
Baca Juga: Menlu AS Mike Pompeo Datang ke Indonesia Bahas Hubungan Bilateral
Menurut Rocky, tidak mungkin Pompeo sampai berani mengatakan secara terbuka terkait masalah komunis. Sebab, hal itu merupakan kalkulasi terakhir untuk menegur Indonesia.
Adapun cara Amerika Serikat mendekati GP Ansor, kata Rocky, merupakan taktik soft power. GP Ansor, menurut dia, dimanfaatkan untuk menegur pihak Istana yang condong ke China.
"Sebetulnya Amerika menegur Indonesia melalui GP Ansor. Itu pesan diplomatiknya begitu. Itu cara-cara yang kita pahami kalau kita belajar strategi soft power Amerika," kata Rocky Gerung.
"Ansor dimanfaatkan dalam pengertian diplomasi dunia oleh Amerika untuk menegur Istana yang condong ke China. Kan tak mungkin Pompoe bilang hal yang sama ke Presiden Jokowi."
Baca Juga: Menlu AS Mike Pompeo Berkunjung ke Indonesia, Bahas Ekonomi hingga Keamanan Laut China Selatan
Rocky menambahkan, GP Ansor dipilih Amerika Serikat karena dinilai mewakili mayoritas Islam yang bergerak secara militan. GP Ansor juga dinilai lebih terlihat daripada manuver politik NU.
"Kehadiran Menlu AS di GP Ansor itu artinya ada hitungan yang stagtis karena GP Ansor mewakili mayoritas Islam," ujarnya.
Walaupun demikian, Rocky Gerung meyakini antara Pompeo dan NU telah ada pembicaraan terlebih dahulu sebelum mengunjungi GP Ansor.
"Tentu sebelumnya ada pembicaraan dengan NU, mungkin diplomasi setengah kamar," ujar Rocky.
Baca Juga: Hadiri Acara GP Ansor, Menlu AS Mike Pompeo Puji Pancasila
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV