> >

Kasus Pelecehan Seksual di Bandara Soetta, Petugas Rapid Test Jadi Tersangka

Peristiwa | 23 September 2020, 00:12 WIB
Ilustrasi: pelecehan seksual (Sumber: Kompas.com)

Menurut Adi, pihaknya mendahulukan kasus dugaan pemerasan dan penipuan ini karena bukti-bukti dan keterangan telah ada.

Sementara untuk kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan E terhadap L, Polres Bandara Soetta masih mengumpulkan bukti-bukti lebih lanjut.

"Dengan tambahan saksi dan bukti lainnya, Polres Bandara Soetta akan berupaya mengungkap dugaan pelecehan seksual yang dialami oleh L," katanya.

Baca Juga: Kimia Farma Akan Bawa Kasus Pelecehan Seksual di Bandara Soetta ke Ranah Hukum

Viral Dugaan Pelecehan Seksual di Bandara Soetta

Seorang penumpang pesawat mengaku mengalami pelecehan seksual saat melakukan prosedur rapid test di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).

Pelecehan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertugas untuk menangani rapid test para calon penumpang pesawat.

Adalah seorang wanita yang berinisial LHI mengungkap pelecehan seksual tersebut di akun media sosial miliknya, @listongs, Jumat (18/9/2020).

Semua berawal ketika LHI tidak lolos rapid test yang diwajibkan otoritas Bandara Soetta. Setelah hasil rapid test yang reaktif, seorang tenaga kesehatan, sebelumnya diduga dokter, menghampiri LHI.

Tenaga kesehatan tersebut menawarinya tes ulang, dan akan diganti datanya jika LHI mau. Pada awalnya, LHI menolak, namun tenaga kesehatan itu memaksa.

"Tapi, si dokternya malah terkesan 'maksa' biar aku tetap terbang ke Nias. Katanya 'enggak apa-apa mbak, terbang saja, mbak enggak apa-apa kok sebenarnya, enggak bakal nulari ke orang-orang di sana. Kalau mau tetap berangkat, ini saya rapid lagi, bayar saja Rp150 ribu lagi buat test ulangnya," tutur LHI dalam unggahannya.

Selesai melakukan rapid test ulang sesuai apa yang dijanjikan, LHI yang akan ke gerbang keberangkatan dihampiri oleh tenaga kesehatan tersebut. Dia meminta imbalan karena telah berjasa.

Setelah tawar menawar, LHI pun membayar dengan transfer sejumlah Rp1,4 juta. Namun, tidak cukup itu. Tenaga kesehatan tersebut melakukan pelecehan seksual.

"Di situ si dokter masih ngikutin aku sampai departure gate, aku cuma bisa diam mematung. Takut, hancur, sedih, semua perasaan jadi satu. Benar-benar enggak bisa ngapa-ngapain, jangankan untuk minta pertolongan, untuk menghindar/melawan saja enggak bisa," tuturnya.

Penulis : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU