> >

Menilik Peluang Prabowo Subianto pada Pilpres 2024: Sepak Terjang Kuat hingga Desakan Kader

Politik | 9 Agustus 2020, 15:43 WIB
Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto melambaikan tangannya kepada Wartawan di HUT Ke-12 Partai Gerindra, Kamis (6/2/2020).Menilik Peluang Prabowo Subianto pada Pilpres 2024: Sepak Terjang Kuat hingga Desakan Kader (Sumber: KOMPASTV/NILUH/RAJIS)

Sedikit ditarik ke belakang, elektabilitas Prabowo sedikit mengalami kemerosotan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga. Charta Politika, misalnya, yang melakukan survei pada 6-13 Juli lalu, menunjukkan elektabilitas Prabowo hanya 17,5 persen.

Elektabilitas ini turun bila dibandingkan capaian sebelumnya pada Februari 2020 yang mencapai 22 persen. Penurunan yang sama juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia (IPI).

Elektabilitas Prabowo pada Juli 2020 tercatat 13,5 persen. Sebelumnya, elektabilitas Prabowo juga telah turun pada Juni 2020 yaitu 14,1 persen, dibandingkan Februari 2020 mencapai 22,2 persen.

Sementara, Cyrus Network mencatat elektabilitas Prabowo di kisaran 24 persen pada Maret 2020. Elektabilitas ini naik bila dibandingkan Juli 2019 yang hanya 16 persen.

Presentase yang masih cukup tinggi juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Indo Barometer pada Februari lalu, yaitu mencapai 22,5 persen.

Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, kendati elektabilitas Prabowo turun di sejumlah lembaga survei, namun ia masih memiliki kans untuk diusung menjadi capres pada Pemilu 2024.

"Tetap, Prabowo punya kans, namun sejauh mana kita memahami cita rasa, selera perilaku pemilih yang kian bergeser. Kita harus mahfum dengan maunya dan senangnya voters," kata Pangi kepada Kompas.com, Minggu (9/8/2020).

Ia mengatakan, Prabowo harus menyiapkan strategi yang matang bila ingin terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2024.

Sebab, posisi Prabowo saat ini berbeda dengan posisi dua pemilu sebelumnya, dimana ia menjadi oposisi pemerintah.

Bahkan, beberapa lembaga survei saat ini sudah mulai memunculkan sejumlah kandidat baru yang mungkin akan menjadi lawan tanding Prabowo bila kelak ia ingin mencalonkan diri.

Baca Juga: [Full] Pernyataan Prabowo Subianto di KLB Partai Gerindra

Menurut Pangi, kandidat-kandidat baru itu dapat menjadi lawan tanding yang berat, bila pemerintahan saat ini tidak bekerja cukup baik. Mengingat, posisi Prabowo yang berada di dalam pemerintahan.

"Persoalannya begini, boleh jadi nanti di tengah jalan muncul calon potensial yang main di injury time, tak diduga-duga. Sementara ada capres fresh dan punya energi baru, trend elektabilitasnya ada potensi untuk naik. Sementara elektabilitas Prabowo segitu-gitu aja, sudah mentok di situ," ujarnya.

"Prabowo sudah kampanye tiga kali pilpres, elektabilitas yang sekarang walaupun di beberapa lembaga survei Prabowo nomor satu, namun nanti ada capres yang belum pernah kampaye, tokoh baru, narasi baru, elektabilitasnya bisa moncer dan menyalip elektabilitas Prabowo," imbuh dia.

Hal itu pun senada dengan analisi yang dilakukan oleh Indonesia Political Opinion (IPO). Prabowo memang meraih popularitas tertinggi di antara tokoh lama jika hendak maju saat Pilpres 2024.

Namun, dari total 1.600 responden yang disurvei pada Januari 2020 itu, 64,5 persen di antaranya meyakini Prabowo akan kalah bila kembali mencalonkan diri.

Direktur Eksekuti IPO Dedi Kurnia Syah menyatakan, kekalahan ini dipicu karena tingkat keterpilihan pada Pilpres 2024 lebih condong mengarah kepada tokoh-tokoh baru.

Tokoh baru itu antara lain, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan Mendagri Tito Karnavian.

Lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua DPR Puan Maharani, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Dengan begitu, kata Dedi, kondisi tersebut memungkinkan menjadi titik akhir perjalanan politik elektoral Prabowo.

"Jika mendapat pasangan politik dari parpol terkuat sekalipun, Prabowo tetap akan lebih berpeluang kalah dibanding menang," kata Dedi, pada 13 Maret lalu.

Baca Juga: Yang Bikin Prabowo Subianto Nyaris Menangis di KLB Partai Gerindra

 

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU