> >

Seberapa Aman Makanan Laut dari Jepang, Imbas Pembuangan Limbah Nuklir ke Laut?

Kuliner | 26 Agustus 2023, 16:55 WIB
Ilustrasi makanan Jepang. Amankah mengonsumsi makanan laut dari Jepang buntut pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut. (Sumber: Unsplash/Bady Abbas)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Makanan laut dari Jepang menjadi salah satu primadona bagi masyarakat Indonesia. Usai Jepang membuang limbah nuklir ke laut, muncul pertanyaan seberapa aman makan makanan laut dari Jepang.

Diketahui, pembuangan air limbah nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima telah dimulai pada Kamis (24/8/2023). Air limbah nuklir yang dibuang sebanyak 1,34 juta ton.

Limbah tersebut berasal dari pendingin reaktor pabrik yang rusak akibat tsunami 2011 lalu, dan dibuang lantaran tangki-tangki penampung limbah sudah penuh.

Baca Juga: Jepang akan Buang Limbah Nuklir Fukushima ke Laut Besok Kamis, Berbahayakah?

Jepang sudah merancang sistem penyaringan guna mengurangi tingkat radioaktivitas pada air limbah nuklir itu. Namun demikian, banyak pihak yang menentang hal tersebut.

Salah satunya pemerintah China dan Hongkong yang mengancam akan membatasi masuknya makanan laut dari Jepang. Mengapa demikian? Apakah makanan laut dari Jepang berbahaya?

Kata pakar soal Jepang buang limbah ke laut

Pakar bidang limbah radioaktif Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Susetyo Hario Putero menjelaskan, air limbah nuklir yang dibuang ke laut sudah tidak berdampak radiasi.

Pasalnya, air limbah tersebut sudah diolah menggunakan teknologi Advanced Liquid Processing System (ALPS). Pembuangan itu juga mendapatkan izin dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

“Mestinya demikian (kalau sudah dapat izin dari IAEA), makanan laut dari Jepang aman dikonsumsi,” kaya Susetyo, Jumat (25/8/2023).

Tempat penyimpanan air radioaktif Fukushima, yang telah resmi diputuskan untuk dibuang ke laut oleh Pemerintah Jepang. (Sumber: Kota Endo/Kyodo News via AP)

Susetyo memaparkan, izin dari IAEA ini diberikan setelah dilakukan analisis terhadap keselamatan dan proteksi radiasi berdasarkan pengambilan data.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU