> >

Hoax Pak Haedar Menjadi Mendikbud, Mengapa Muncul Lagi?

Opini | 4 Juli 2020, 16:36 WIB
(Sumber: muhammadiyah.or.id)

Oleh: Azaki Khoirudin, Direktur Program Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dalam rentang tiga hari terahir ini, melalui pesan WhatsApp,  berseliweran isu reshuffle dan susunan kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin yang baru.  Menariknya dalam daftar nama tersebut memasukkan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, M.Si.

Sikap saya tentu biasa dan tidak kaget.  Sebagai orang yang belakangan ini bergelut di media dan informasi, saya pun menanggapinya dengan santai. Karena jelas model informasi semacam itu pasti tidak benar alias tidak bisa dipertanggung jawabkan karena tidak jelas “sumbernya”.

Kedua, saya mengenal betul sosok dan karakter Pak Haedar sebagai penjaga gawang khittah organisasi Muhammadiyah dari politik praktis.  Pak Haedar adalah pimpinan Muhammadiyah yang konsisten memegang aturan dan kaidah organisasi.  Menurut saya Pak Haedar tentu menghargai positif setiap jabatan publik di pemerintahan, tetapi tidak akan bersedia menduduki, apalagi mengincar jabatan politik tersebut, siapapun presidennya.

Saya awalnya tidak terpikir sama sekali untuk menanggapi hal ini. Karena seperti saya jelaskan, bahwa saya tidak kaget dan apalagi percaya dengan isu tersebut. Namun, ternyata banyak sekali, yang menghubungi saya, menanyakan hal ini.  Saya kira yang percaya isu ini hanya orang tua, ternyata sampai teman-teman muda juga ada yang sempat percaya dengan isu ini. Karena itu, dalam tulisan ini saya ingin mengajak pembaca untuk berbicara tiga hal, yaitu mengenali lagi karakter Pak Haedar, mengenal karakter informasi dan bagaimana menyikapinya.

Bagi saya, ada beberapa hal penting yang wajib dikenali dari Pak Haedar.

Pertama, dalam sanad keorganisasian dan aktivismenya, Pak Haedar secara ideologis tidak memiliki irisan dengan ideologi maupun organsasi lain. Maksud saya murni sejak muda aktif menggerakkan dan memikirkan Muhammadiyah. Tidak pernah di organisasi lain misalnya pernah di HMI, PMII, KAMMI atau pergerakan mahasiswa lainnya.

Sejak muda hingga tua hanya berkecimpung di organisasi Muhammadiyah. Mulai dari IPM, Pemuda Muhammadiyah, lalu PP Muhammadiyah. Hal ini menjadikan pengalaman, sikap dan pandangannya otentik. Artinya dalam melihat dan memutuskan sesuatu, selalu mengedepankan kepentingan dan dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Muhammadiyah. Bukan alam pikiran lain.

Kedua, Pak Haedar selain organisatoris, beliau adalah pemikir organisasi yang sangat produktif menulis, terutama berkaitan dengan pemikiran-pikiran Muhammadiyah. Lihat saja-karya-karya buku beliau tentang Muhammadiyah. Tidak cukup di situ, pikiran-pikiran resmi Muhammadiyah sejak dalam kurun 20 tahun terakhir adalah berkat tangan dingin Pak Haedar.  Misalnya saja Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Pak Haedar adalah sosok yang sangat memahami pikiran-pikiran resmi organisasi Muhammadiyah. Pikiran Muhammadiyah seperti telah menyatu dalam alam pikiran Pak Haedar. Bagi pembaca setia majalah Suara Muhammadiyah, tentu kenal rubrik khusus bernama “bingkai”. Setau saya, Pak Haedar menulis rutin di rubrik ini selama 10 tahun tentang ideologi Muhammadiyah. Maka siapapun yang ingin memahami ideologi Muhammadiyah, mau tidak mau wajib membaca karya Pak Haedar.

Ketiga, Pak Haedar tidak pernah di partai politik, atau di jabatan politik lainnya. Sikapnya low profile, tidak suka bermanuver politik. Ini penting dipahami. Karena pemahamannya pada prinsip-prinsip organisasi menjadikan ia sangat berhati-hati membawa kapal besar Muhammadiyah, tidak seperti pesawat tempur. Hal ini menjadikan sikap-sikapnya selama menjadi Pimpinan Muhammadiyah baik sebelum dan selama menjadi Ketua Umum tidak dipengaruhi muatan-muatan politik.  

Penulis : Zaki-Amrullah

Sumber : Kompas TV


TERBARU