Polri: Di Simpang Rasa Takut dan Harapan Masyarakat
Opini | 1 Juli 2020, 23:17 WIBAkhir-akhir ini, pengungkapan kejahatan disinyalir sering begitu. Dangkal, tidak menggali lebih dalam dan cenderung digunakan untuk mempengaruhi persepsi publik atas suatu delik. Prasangka adanya motif tertentu atas kerja-kerja kepolisianpun tak terhindarkan.
Ironisnya, sejauh ini para pimpinan Polri, meski mengusung tagline "democratic policing" atau perpolisian demokratis, dinilai seringkali gagal menunjukkan konsistensi atas komitmennya. "Ruler appointed police" alias jenis polisi pemerintah seperti Polri ini jadi seolah ditakdirkan untuk sulit berjarak dengan kekuasaan.
Jika harus memilih, maka saya memilih untuk mendukung dan mendorong Polri agar berbenah serius. Polri harus mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebaik-baiknya sesuai undang-undang, dan serius menghilangkan praktik-praktik buruk dalam setiap kiprahnya.
Kinerja layanan yang baik akan mengurangi ketidakpuasan dan menggalang dukungan yang lebih signifikan dari masyarakat atas kerja kepolisian. Polri butuh itu semua agar secara konstruktif siap untuk menghadapi situasi buruk yang tak terhindarkan.
Noblesse Oblige, di balik kehormatan ada tanggung jawab. Maka jagalah kehormatan dengan menegakkan tanggung jawab. DIRGAHAYU POLRI!
Penulis : Tito-Dirhantoro
Sumber : Kompas TV