> >

Berebut Simpati di Tengah Pandemi

Opini | 17 Juni 2020, 14:36 WIB
(Sumber:Twitter Ismail Fahmi)

Pencipta aplikasi Drone Emprit ini menggunakan Big Data guna menganalisis popularitas dan favorabilitas tiga kepala daerah ini. Ia melakukan analisis dalam periode 9 Mei - 8 Juni, dimana mayoritas percakapan terkait penanganan pandemi.

Dari analisa melalui Big Data, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lebih populer dibanding Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.  Anies (64%), Ganjar (19%) dan Ridwan Kamil (17%).

Namun popularitas  Anies ini tidak berbanding lurus dengan tingkat disukai atau favorabilitas. Jika sebelumnya Emil menduduki peringkat paling bawah terkait kepopuleran, namun ia menempati ranking pertama sebagai sosok yang disukai (54%) dan Ganjar menduduki urutan dua (53%). Sementara Anies yang sebelumnya menduduki peringkat pertama sebagai sosok yang paling populer berada di posisi buncit terkait tingkat favorabilitas (31%).

Selama periode periode 9 Mei - 8 Juni Anies memang menjadi sosok yang banyak dibicarakan dibanding Emil dan Ganjar. Pembicaraan itu tak hanya mendukung namun juga kontra. Artinya, Anies punya basis pendukung yang besar, tapi juga menerima serangan yang masif.  Hal itu tak terjadi pada Emil dan Ganjar.  Berkaca dari data ini menunjukkan favorabilitas Anies jatuh karena lawan. Sementara favorabilitas Emil dan Ganjar menanjak karena tak ada halangan.

Menurut pengamat politik Adi Prayitno, salah satu kunci keberhasilan Emil dan Ganjar adalah penggunaan media sosial untuk menunjukkan kinerjanya. Dan itu juga tampak dari data yang dikumpulkan Drone Emprit.  Popularitas serta konstruksi citra merupakan elemen penting dalam elektabilitas. Sementara berdasarkan konstruksi citra negatif, terlihat Anies paling tinggi dicitrakan negatif dibanding Emil dan Ganjar. Hal ini diduga menjadi salah satu sebab tingkat elektabilitas Anies menurun dalam periode ini.

Untuk menutup ulasan ini, penulis ingin mengutip pernyataan Direktur LP3ES Fajar Nursahid, bahwa dalam mencari pemimpin ideal, butuh kesesuaian antara citra dan kenyataan. Untuk itu, politik etis diperlukan, tidak semata-mata “politicking” apalagi mempolitisasi wabah dan pandemi demi mengail simpati.
 

Penulis : Zaki-Amrullah

Sumber : Kompas TV


TERBARU