> >

Ada China di Antara Amerika Serikat dan Iran

Opini | 22 Januari 2020, 18:41 WIB
Ilustrasi Konflik Amerika VS Iran (Sumber: Kompas TV)

Dengan menerapkan strategi “naga waspada”  China menunjukkan kewaspadaan dalam keterlibatannya dengan Timur Tengah. Mereka berupaya melindungi kepentingannya yang terus berkembang dengan tidak memihak pada konflik dan kontroversi; termasuk dalam konflik antara Amerika Serikat dan Iran dewasa ini atau antara Arab Saudi dan Iran. Beijing menekankan untuk terus menjaga hubungan bisnis yang ramah dan hubungan diplomatik serta keamanan yang pragmatis.

Studi yang dilakukan RAND Corporation itu mengungkapkan bahwa China memiliki empat kepentingan di Timur Tengah. Pertama, keamanan energi dan pertaruhan ekonomi menjadi kepentingan terpenting China. Kedua, China berupaya menyeimbangkan pengaruh Amerika Serikat di Timur Tengah, akan tetapi tidak secara aktif menentang Amerika Serikat. Ini berarti China mempertimbangkan dan peduli pada postur geostrategisnya di Timur Tengah.

Ketiga, ingin memastikan ketenangan dalam negeri, yang melibatkan peredaman kritik masyarakat internasional terhadap kebijakan China, terutama yang berkaitan dengan Muslim China dan kaum Uighur Xinjiang. Dan, keempat, China bertujuan untuk meningkatkan status kekuatan besarnya di kawasan.

Dalam hal kepentingan energi, misalnya, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) menjadi andalan kebutuhan minyak China. Perkembangan ekonomi China yang demikian pesat sejak tahun 1990-an hingga 2000-an ini, meningkatkan kebutuhan minyak dari Timur Tengah, termasuk dari Iran.

Pada 2015 China menjadi importir global minyak mentah terbesar, dengan hampir setengah dari pasokannya berasal dari Timur Tengah.  Sekitar 20 tahun silam, China hanyalah, katakanlah, pemain pinggiran di Timur Tengah. Akan tetapi, sejak 2010, tidak saja perekonomian tumbuh sedemikian dahsyat, namun China juga menjadi kekuatan ekonomi dunia.

Pada tahun 2000, PDB China 1,2 triliun dollar AS, dan pada 2010 telah menjadi lima kali lipat menjadi 6,1 triliun dollar AS. Seiring pertumbuhannya, China juga menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak di seluruh dunia. Pada tahun 2000 China mengimpor minyak mentah senilai 13,7 miliar dollar AS; pada 2010 jumlah itu meningkat menjadi 127 miliar dollar AS (Jon B. Alterman, 2019, CSIS).

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran, menguntungkan China, baik dari sisi ekonomi maupun politik.

Apalagi dengan mulai memanasnya hubungan antara Iran dan Uni Eropa serta kurang “bersatu-katanya” antara Amerika Serikat dan Uni Eropa tentang sanksi terhadap Iran. Aliansi Barat yang retak jauh lebih sedikit mengancam China daripada yang bersatu.

Ketegangan antara Amerika Serikat (plus Uni Eropa) dan Iran, yang ditingkatkan oleh kasus pembunuhan terhadap Qassem Soleimani, telah semakin membuka peluang bagi China dalam banyak hal. China melihat peluang luar biasa di Iran, dengan lokasi geografis utama, populasi berpendidikan dan relatif besar, dan ekonomi yang relatif beragam. China menghadapi sedikit persaingan berinvestasi di Iran.

Sementara itu, Iran sejauh ini adalah pihak yang paling lemah dalam hubungan bilateral ini. China mewakili lebih dari 30 persen pasar impor dan ekspor Iran, tetapi Iran mewakili kurang dari 1 persen dari China. Iran jelas membutuhkan China, tetapi China memiliki alternatif selain Iran.

Pendek kata, ada pertemuan kepentingan antara kedua negara. Iran selalu memandang China sebagai teman baik di dunia. China adalah “mitra strategis” yang paling penting (belum tentu sekutu strategis) Iran, tidak hanya dapat memperkuat ekonomi Iran dan kemampuan pertahanan, tetapi juga kepentingan Iran dalam arena internasional juga.

Secara keseluruhan, China bagi Iran tidak hanya dipandang sebagai kekuatan besar pemasok senjata ke Teheran, tetapi juga negara Asia yang independen, dan berkembang dalam tatanan dunia baru (Masoud Rezaei, 2015).

Pendekatan China terhadap Timur Tengah (termasuk Iran), setidaknya untuk saat ini, murni bersifat transaksional. Beijing siap menyediakan uang, baik untuk pembelian minyak atau proyek investasi dan infrastruktur. Sebagai imbalannya, mereka memperoleh pasokan energi yang dibutuhkan, serta kehadiran yang lebih besar di wilayah tersebut.

Dalam bidang politik, China berusaha untuk tidak memihak, membatasi diri mereka untuk mendukung upaya diplomatik yang bertujuan untuk mencegah konflik. Dengan peran seperti itu, diharapkan China akan memainkan peran besar dan penting dalam usaha meredakan ketegangan di kawasan yang kian hari kian meningkat sebagai buntut dari tindakan “sembrono” Donald Trump.

 

Penulis : Alexander-Wibisono

Sumber : Kompas TV


TERBARU