> >

Hari Pahlawan 10 November: Tokoh-tokoh yang Disebut Pahlawan Kebangkitan Nasional

Sinau | 9 November 2021, 07:25 WIB
Dokter Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo, Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjoningrat(Ki Hadjar Dewantara), Douwes Dekker (Sumber: Tribunnews.com)

SURAKARTA, KOMPAS.TV – Tiga Serangkai merupakan sebutan yang disematkan kepada tiga orang tokoh Indonesia yaitu, Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Cipto Mangunkusumo.

Mereka adalah “Tim” yang mendirikan partai nasionalis pertama di Hindia Belanda yakni, Indische Partij (IP) pada 25 Desember 1912. Pembentukan IP itu sendiri terinspirasi dari Budi Utomo, organisasi modern pertama yang bergerak di bidang pendidikan.

Meski kiprah Budi Utomo berakhir pada tahun 1935, kehadirannya cukup memberi ruang lahirnya organisasi-organisasi nasional lainnya, termasuk IP. Dari hari lahirnya Budi Utomo itu juga kemudian dijadikan hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei.

Lalu, siapa saja tokoh yang mempelopori pembentukan Budi Utomo? Mereka terdiri dari lima tokoh nasional yaitu, dokter Sutomo, Sukarno, serta Tiga Serangkai tersebut. Kelima tokoh inilah yang kemudian disebut sebagai pahlawan kebangkitan nasional. Gelar bagi mereka yang telah berjuang ketika masa kebangkitan nasional yang ditandai dengan adanya Budi Utomo itu sendiri.

Lebih jauh, mari kita kenali kelima pahlawan Kebangkitan Nasional ini.

1. Soekarno

Selain perjuangannya memerdekakan Indonesia, Soekarno juga seorang orator andal yang piawai dalam menggugah semangat rakyat. Tokoh proklamator ini juga merupakan Presiden pertama Indonesia dan penggagas Pancasila.

2. Dokter Sutomo

Dokter Sutomo merupakan tokoh yang membangkitkan pemuda Indonesia untuk memperjuangkan Indonesia dari tangan penjajah. Sutomo yang dilahirkan di Ngepah, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888, adalah keturunan priyayi menengah.

Ayahnya, Raden Soewadji, adalah Wedana di Maospati, Madiun. Setelah menamatkan pendidikan dasar, pada usia 15 tahun ia diterima sebagai siswa STOVIA di Jakarta pada awal tahun 1903.

3. Douwes Dekker

Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi adalah Indo yang sebelumnya tinggal di Eropa. Ia seornga penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Selain itu, Douwes Dekker juga adalah wartawan sekaligus aktivis politik.

Bersama beberapa orang Indo dan Cina, DD mengajarkan rapat raksasa, partai politik dan jurnalisme kepada warga Hindia Belanda, entah apakah itu kepada seorang Indo, pribumi, atau China.

Ia yang kemudian memimpin De Expres, surat kabar berbahasa Belanda yang diterbitkan di Bandung dan memperlihatkan bagaimana mestinya jurnalisme politik anti pemerintah.

Douwes Dekker selanjutnya mendirikan partai politik pertama, IP, dan memperlihatkan bagaimana mestinya sebuah partai politik. Lewat IP pula ia menunjukkan bagaimana seharusnya rapat raksasa berlangsung di Hindia Belanda pada tahun 1912.

Adapun, Komite Pusat IP dipimpin bersama oleh DD sebagai ketua dan Tjipto sebagai wakil ketua. Sejak propaganda IP mengisi surat kabar De Expres dan digiatkan di Belanda, kebanyakan anggota IP adalah orang- orang Indo.

4. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Suwardi Suryaningrat sangat identik dengan dunia pendidikan. Dialah tokoh pendiri Taman Siswa. Sebuah lembaga pendidikan pertama yang memberikan kesempatan bagi rakyat pribumi menengah ke bawah untuk mengenyam pendidikan yang sama dengan bangsawan kala itu.

Lebih jauh, ia merupakan anak muda radikal pada tahun 1910-an, lalu berbelok menjadi politisi kebudayaan nasionalis konservatif yang memainkan peran amat penting dalam merumuskan ideologi "kekeluargaan" pada tahun 1920-an.

Putra Pangeran Soerjaningrat dari Istana Pakualaman ini pindah ke Bandung pada tahun 1912 yang kemudian bergabung dengan De Expres sebagai editor di bawah Douwes Dekker. Suwardi hadir sebagai pahlawan radikal muda brilian, kurang dari setahun setelah bekerja di situ.

Ia mengritik kontradiksi perayaan besar-besaran kemerdekaan Belanda dari jajahan Perancis yang diadakan di Hindia Belanda, sementara Pemerintah Belanda masih menjajah di tempat perayaan itu berlangsung. Judul artikel Seandainya Saya Orang Belanda, itulah yang bisa dikatakan sangat radikal.

Singkat cerita, hal itulah yang membuat pemerintah kala itu mengambil tindakan dengan segera “membuang” Suwardi, sebagaimana Cipto dan Douwes Dekker dari Hindia Belanda.

5. Cipto Mangunkusumo

Dokter Cipto Mangunkusumo merupakan seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama dua rekannya yang disebut dengan Tiga Serangkai.

Lahir tahun 1886 di Ambarawa, Cipto adalah putra seorang guru sekolah negeri. Cipto berprofesi sebagai dokter tetapi sekaligus pemberontak yang tak dapat menahan diri memperlihatkan kegeramannya pada kekuasaan dan kemegahan.

Ia juga pernah diberi tanda jasa Ridderkruis of the Oranje- Nassau Order oleh pemerintah karena pekerjaannya sebagai seorang dokter di Malang menghadapi wabah pes tahun 1912.

Singkatnya, Cipto adalah evolusioner sekaligus revolusioner. Ia menaruh perhatian utama pada pembangunan yang "sehat" di Hindia Belanda, khususnya orang Jawa, dari kepatuhan kepada evolusi kebangkitan.

Mereka aktif dalam tahun-tahun 1910-an dan 1920-an ketika Hindia masih di bawah kekuasaan Belanda dan "Indonesia" masih harus dilahirkan.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU