> >

Ukraina Ternyata Sudah Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Serang Rusia, Diberi AS Diam-Diam

Kompas dunia | 25 April 2024, 10:19 WIB
Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dimuat ke Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) di Lapangan Terbang Williamson di Queensland, Australia, 26 Juli 2023. Para pejabat AS mengatakan Ukraina untuk pertama kalinya mulai menggunakan rudal balistik jarak jauh, ATACMS, saat menyerang lapangan terbang militer Rusia di Krimea dan pasukan Rusia di wilayah pendudukan lainnya. (Sumber: AP Photo/US Army)

WASHINGTON, KOMPAS TV - Ukraina untuk pertama kalinya mulai menggunakan rudal balistik jarak jauh ATACMS yang disediakan secara diam-diam oleh Amerika Serikat (AS).

Menurut seorang pejabat AS, Rabu (24/4/2024), ATACMS digunakan saat Ukraina melakukan serangan udara terhadap lapangan udara militer Rusia di Krimea pekan lalu dan pasukan Rusia di area yang diduduki lainnya.

Rudal yang sangat diinginkan oleh Kiev itu memberikan Ukraina hampir dua kali lipat jarak tembak, hingga 300 kilometer, dibandingkan dengan versi jarak menengah yang diterimanya dari AS pada Oktober lalu.

Seorang pejabat AS mengatakan Washington menyediakan lebih banyak peluru kendali tersebut dalam paket bantuan militer baru yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden pada Rabu.

Biden menyetujui pengiriman Sistem Peluru Kendali Taktis Angkatan Darat jarak jauh, yang dikenal sebagai ATACMS, pada Februari.

Kemudian pada Maret, AS menyertakan rudal tersebut dalam "jumlah signifikan" dalam paket bantuan senilai USD300 juta yang diumumkan, kata seorang pejabat AS.

Dua pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim itu, tidak memberikan jumlah pasti peluru kendali yang diberikan bulan lalu atau dalam paket bantuan terbaru, yang totalnya senilai sekitar USD1 miliar.

Ukraina telah memohon agar diberikan sistem rudal jarak jauh yang memberikan kemampuan kritis untuk menyerang target-target Rusia yang berada lebih jauh. Hal itu akan memungkinkan pasukan Ukraina untuk tetap berada di luar jangkauan amunisi Rusia.

Informasi tentang pengiriman rudal tersebut dijaga dengan sangat rahasia sehingga para legislator dan pihak lain dalam beberapa hari terakhir menuntut AS untuk mengirim senjata tersebut, tanpa mengetahui senjata-senjata itu sudah ada di Ukraina.

Baca Juga: Biden Teken RUU Bantuan Militer ke Ukraina, Israel dan Taiwan: AS dan Dunia akan Lebih Aman

Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dimuat ke Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) di Lapangan Terbang Williamson di Queensland, Australia, 26 Juli 2023. Para pejabat AS mengatakan Ukraina untuk pertama kalinya mulai menggunakan rudal balistik jarak jauh, ATACMS, untuk menyerang lapangan terbang militer Rusia di Krimea dan pasukan Rusia di wilayah pendudukan lainnya. (Sumber: AP Photo/US Army)

Selama berbulan-bulan, AS menolak mengirim rudal jarak jauh itu ke Ukraina karena khawatir Kiev dapat menggunakannya untuk menyerang wilayah Rusia, yang dapat membuat Moskow marah dan memperburuk konflik.

Itu adalah alasan utama mengapa AS sebelumnya mengirimkan versi jarak menengah, dengan jangkauan sekitar 160 kilometer, pada Oktober lalu.

Laksamana Christopher Grady, wakil ketua Staf Gabungan AS, mengatakan pada Rabu bahwa Gedung Putih dan perencana militer telah mempertimbangkan dengan cermat risiko-risiko yang muncul karena pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina.

Mereka menilai saat yang tepat untuk mengirim rudal tersebut adalah sekarang.

Dia mengatakan kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara, rudal jarak jauh akan membantu Ukraina menghancurkan simpul-simpul logistik Rusia dan konsentrasi pasukan yang tidak berada di garis depan.

Grady menolak untuk menyebutkan senjata spesifik yang disediakan tetapi mengatakan senjata-senjata tersebut akan "sangat mengganggu jika digunakan dengan benar, dan saya yakin mereka akan [menggunakannya dengan benar]."

Seperti banyak sistem senjata canggih lainnya yang diberikan kepada Ukraina, pemerintah AS mempertimbangkan apakah penggunaannya akan meningkatkan konflik lebih lanjut, menegaskan senjata-senjata tersebut tidak boleh digunakan untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.

Juru bicaara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, Rabu, mengatakan Biden memerintahkan tim keamanan nasionalnya untuk mengirimkan ATACMS dengan catatan senjata-senjata tersebut hanya boleh digunakan di wilayah kedaulatan Ukraina.

"Saya pikir saatnya tepat, dan bos (Biden) membuat keputusan bahwa saatnya tepat untuk menyediakan ini berdasarkan situasi pertempuran berada saat ini," kata Grady.

"Saya pikir ini adalah keputusan yang sangat dipertimbangkan dengan baik, dan kami benar-benar telah mempertimbangkannya, tetapi sekali lagi, setiap kali Anda memperkenalkan sistem baru, setiap perubahan di medan perang, Anda harus memikirkan sifat eskalatifnya."

Pejabat Ukraina belum secara terbuka mengakui penerimaan atau penggunaan rudal jarak jauh ATACMS.

Tetapi saat berterima kasih kepada Kongres atas pengesahan undang-undang bantuan baru pada Selasa (23/4/2024), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan lewat platform media sosial bahwa "kemampuan jarak jauh, artileri, dan pertahanan udara Ukraina adalah alat-alat yang sangat penting untuk pemulihan perdamaian yang adil secepatnya."

Baca Juga: Senat AS Setujui Bantuan Militer Rp276 Triliun untuk Israel, Netanyahu Semringah

Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) versi awal sedang diuji coba. Para pejabat AS mengatakan Ukraina untuk pertama kalinya mulai menggunakan rudal balistik jarak jauh, yang disebut ATACMS, untuk menyerang lapangan terbang militer Rusia di Krimea dan pasukan Rusia di wilayah pendudukan lainnya. (Sumber: AP Photo/US Army)

Seorang pejabat AS mengatakan pemerintahan Biden memperingatkan Rusia tahun lalu bahwa jika Moskow memperoleh dan menggunakan peluru kendali balistik jarak jauh di Ukraina, Washington akan memberikan kemampuan yang sama kepada Kiev.

Rusia mendapatkan beberapa senjata itu dari Korea Utara dan telah menggunakannya di medan perang di Ukraina, kata pejabat tersebut.

Hal itu, kata dia, memaksa pemerintahan Biden untuk memberikan lampu hijau untuk pengiriman peluru kendali jarak jauh yang baru.

AS menolak mengonfirmasi bahwa rudal jarak jauh itu diberikan kepada Ukraina, sampai benar-benar digunakan di medan perang.

Seorang pejabat AS mengatakan senjata-senjata itu digunakan awal pekan lalu untuk menyerang lapangan udara di Dzhankoi, sebuah kota di Krimea, semenanjung yang direbut Rusia dari Ukraina pada 2014.

Rudal-rudal itu digunakan lagi pada Selasa malam di sebelah timur Berdyansk, kota Ukraina yang diduduki Rusia.

Video di media sosial pekan lalu menunjukkan ledakan di lapangan udara militer, tetapi pejabat pada saat itu tidak mengonfirmasi bahwa itu adalah rudal ATACMS.

Dengan perang yang kini memasuki tahun ketiganya, Rusia menggunakan penundaan pengiriman senjata AS dan keunggulan mereka dalam kekuatan tembak dan personel, untuk meningkatkan serangan di sepanjang wilayah timur Ukraina.

Rusia semakin sering menggunakan bom pandu satelit yang dilepaskan dari pesawat dari jarak yang aman, untuk menghantam pasukan Ukraina yang mengalami kekurangan pasukan dan amunisi.

Rudal jarak menengah yang diberikan tahun lalu, dan beberapa yang jarak jauh dikirim belakangan ini, membawa amunisi berkelompok atau bom tandan yang terbuka di udara saat ditembakkan.

Rudal itu melepaskan ratusan bom kecil daripada satu hulu ledak tunggal. Yang lain yang dikirim belakangan ini memiliki satu hulu ledak.

Salah satu faktor kritis dalam keputusan yang diambil pada Maret untuk mengirim senjata-senjata tersebut adalah kemampuan Angkatan Darat AS untuk mulai mengganti ATACMS yang lebih tua.

Angkatan Darat AS sekarang membeli Peluru Kendali Serangan Presisi, sehingga lebih nyaman untuk mengambil ATACMS dari gudang untuk diberikan kepada Ukraina, kata pejabat tersebut.
 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU