> >

Telegram Jadi Alat Komunikasi Teroris dalam Serangan di Moskow, Rusia Minta Sistem Diperketat

Kompas dunia | 29 Maret 2024, 19:29 WIB
Ilustrasi aplikasi Telegram. (Sumber: Kompas.com)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyoroti peran aplikasi Telegram yang digunakan teroris dalam serangan gedung konser Crocus City Hall, Moskow, Jumat (22/3/2024) lalu.

Para tersangka pelaku serangan tersebut dilaporkan menggunakan fitur grup Telegram, yang beroperasi atas nama organisasi ISIS.

Menanggapi temuan tersebut, Peskov meminta Telegram untuk bekerja lebih keras dalam mencegah teroris menggunakan platformnya

Meski begitu, Peskov mengatakan aplikasi pesan tersebut tidak akan dilarang operasinya di Rusia. Ia menilai pokok masalahnya bukan terkait izin operasi Telegram di Rusia, melainkan kesadaran dari pemiliknya, Pavel Durov, untuk “lebih memperhatikan” penyalahgunaan di platform tersebut.

“Telegram merupakan layanan unik dan fenomenal bila kita melihatnya dari segi teknologi yang kian berkembang pesat di generasi kita, namun begitu di sisi negatifnya alat ini juga menjadi efektif dipakai teroris untuk tujuan meneror,” kata Peskov kepada tabloid online Rusia, Life, Kamis (28/3/2024) dikutip dari Russia Today.

"Layanan unik dan fenomenal secara teknologi ini, yang berkembang pesat di generasi kita, semakin menjadi alat bagi para teroris, digunakan untuk tujuan teror," imbuhnya.

Baca Juga: Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Serangan Teroris yang Bantai 143 Orang di Moskow

Telegram sendiri telah menghadapi tuduhan kurangnya moderasi yang memadai di platform tersebut selama bertahun-tahun.

Menghadapi beberapa kritik tersebut, Durov mengatakan kepada surat kabar Inggris Financial Times bahwa dia berencana untuk menggunakan mekanisme kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah tersebut.

Meski begitu, Durov secara prinsip mengatakan Telegram seharusnya tidak mengawasi orang dalam cara mereka menyatakan dirinya di saat berkomunikasi.

Sebelumnya, Rusia telah mengidentifikasi empat individu sebagai tersangka yang terlibat dalam serangan senjata dan pembakaran yang menewaskan lebih dari 140 orang. Mereka ditangkap beberapa jam setelah kejadian di wilayah Rusia yang berbatasan dengan Ukraina.

Presiden Vladimir Putin menggambarkan para pelaku sebagai kelompok Islamis radikal, namun ia juga menyebut bahwa Islamic State Khorasan, yang mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, mungkin bukan dalang sebenarnya. 

Juru bicara sistem pengadilan St. Petersburg, Darya Lebedeva, melaporkan pada hari Rabu bahwa seorang pria yang diduga sebagai anggota dari obrolan Telegram yang sama telah melanggar hukum migrasi Rusia. 

Baca Juga: Direktur Intelijen Rusia: AS, Inggris, Ukraina Dalangi Serangan Teroris ke Moskow

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Russia Today


TERBARU