> >

Pemimpin Demokrat di Senat AS Chuck Schumer Desak Pemilu Baru di Israel, Anggap Netanyahu Tersesat

Kompas dunia | 15 Maret 2024, 07:51 WIB
Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, DN.Y., berbicara kepada wartawan di Capitol di Washington, 12 Maret 2024. Schumer menyerukan Israel untuk mengadakan pemilu baru. Schumer mengatakan dia yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah tersesat. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat, Chuck Schumer, hari Kamis (14/3/2024) mendesak Israel menggelar pemilihan umum baru, dengan menyatakan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dianggap "kehilangan arah" dan menjadi penghalang perdamaian di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza.

Schumer, yang merupakan pemimpin mayoritas Senat pertama dari kalangan Yahudi dan pejabat berdarah Yahudi tertinggi di Amerika Serikat, dengan tegas mengkritik Netanyahu dalam pidatonya selama 40 menit hari Kamis pagi, (14/3/2024) di lantai Senat, seperti laporan Associated Press.

Schumer menyatakan Netanyahu telah bergabung dengan koalisi ekstrem kanan dan "karena itu, ia terlalu bersedia untuk dengan sengaja mengabaikan jumlah korban warga sipil di Gaza, yang berakibat hilangnya dukungan terhadap Israel di seluruh dunia ke level terendah dalam sejarah."

"Israel tidak akan dapat bertahan jika dianggap sebagai paria," ujar Schumer.

Peringatan tingkat tinggi ini datang seiring semakin banyaknya anggota Partai Demokrat yang menentang Israel dan ketika Presiden Joe Biden meningkatkan tekanan publik pada pemerintahan Netanyahu, dengan argumen Netanyahu perlu lebih memperhatikan jumlah korban warga sipil di Gaza selama serangan Israel.

AS bulan ini mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan melalui udara dan mengumumkan akan mendirikan dermaga sementara untuk mengirim lebih banyak bantuan ke Gaza melalui jalur laut.

Schumer sejauh ini menjadikan dirinya sebagai sekutu kuat pemerintah Israel, mengunjungi negara tersebut hanya beberapa hari setelah serangan brutal oleh Hamas pada 7 Oktober dan memberikan pidato panjang di lantai Senat pada bulan Desember yang mengecam "antisemitisme yang menyebar dan mencolok seperti yang belum pernah kita lihat dalam generasi ini di negara ini, bahkan mungkin tidak pernah."

Namun, hari Kamis dia menyatakan di lantai Senat bahwa "rakyat Israel saat ini terhambat oleh visi pemerintahan yang terjebak di masa lalu."

Baca Juga: Komunitas Intelijen AS Peringatkan Pemerintahan Netanyahu Kemungkinan dalam Bahaya, Ini Sebabnya

Benjamin Netanyahu memimpin rapat kabinet di pangkalan militer Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv, Israel, pada 24 Desember 2023. (Sumber: AP Photo)

Schumer menyatakan Netanyahu, yang telah lama menentang kemerdekaan Palestina, adalah salah satu hambatan bagi solusi dua negara yang didorong oleh Amerika Serikat.

Netanyahu "kehilangan arah dengan membiarkan kelangsungan karir politiknya menjadi prioritas utama daripada kepentingan terbaik Israel," ujar Schumer.

Pemimpin mayoritas juga menyalahkan pendukung Israel sayap kanan, Hamas, dan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. Schumer menyatakan sampai mereka semua dihapus dari hitungan, "tak akan pernah ada perdamaian di Israel, Gaza, dan Tepi Barat."

AS tidak bisa mengatur hasil pemilihan di Israel, kata Schumer, tetapi "pemilihan baru adalah satu-satunya cara untuk memungkinkan proses pengambilan keputusan yang sehat dan terbuka tentang masa depan Israel, pada saat begitu banyak warga Israel kehilangan kepercayaan mereka pada visi dan arah pemerintah mereka."

Pidato tersebut mendapat tanggapan cepat dari Pemimpin Republik Senat Mitch McConnell, yang mengatakan di lantai Senat langsung setelah komentar Schumer bahwa "Israel layak mendapat sekutu yang bertindak sebagai sekutu" dan pengamat asing "sebaiknya menahan diri dari ikut campur."

Partai Demokrat memiliki masalah terkait pandangan mereka terhadap Israel, kata McConnell. "Entah kita menghormati keputusan mereka atau kita tidak menghormati demokrasi mereka," katanya.

Netanyahu telah lama memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Republikan di Amerika Serikat, terutama berbicara di hadapan rapat gabungan Kongres pada tahun 2015 atas undangan anggota Partai Republik untuk mencoba menggagalkan perundingan nuklir Presiden terdahulu, Barack Obama, dengan Iran.

Langkah tersebut membuat marah pejabat pemerintahan Obama, yang melihatnya sebagai tindakan yang tidak dapat diterima di sekitar kekuasaan presiden Obama dan campur tangan yang tidak dapat diterima dalam politik dan kebijakan luar negeri AS.

Baca Juga: Netanyahu Serang Balik Biden usai Dikritik atas Pendekatan Perang Gaza: Ia Salah

Dalam gambar dari video yang disediakan oleh Senat TV, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, DN.Y., berbicara di lantai Senat di Capitol di Washington, 14 Maret 2024. Schumer menyerukan Israel untuk mengadakan pemilu baru. Schumer mengatakan dia yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah tersesat. (Sumber: AP Photo / US Senate TV)

Saat ini, Netanyahu diundang untuk berbicara kepada senator Republik dalam acara retreat partai. Namun, duta besar Israel Michael Herzog menggantikannya karena masalah jadwal yang terlalu mepet, menurut seseorang yang familiar dengan pertemuan tertutup tersebut.

Senator Demokrat Brian Schatz dari Hawaii, yang juga beragama Yahudi, memuji komentar Schumer.

"Ini adalah pidato yang berani dan bersejarah dari Pemimpin Schumer," tulisnya di X, sebelumnya Twitter. "Saya tahu dia tidak sampai pada kesimpulan ini secara sembarangan atau tanpa rasa sedih."

Belum jelas bagaimana desakan langsung yang tidak biasa dari Schumer akan diterima di Israel, di mana pemilihan parlemen berikutnya dijadwalkan pada Oktober 2026.

Banyak warga Israel menyalahkan Netanyahu atas kegagalannya mencegah dan menghentikan serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober, yang diklaim Israel menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan popularitasnya tampaknya terpengaruh sebagai akibatnya.

Para pengunjuk rasa di Israel yang menuntut pemilihan umum lebih cepat menuduh Netanyahu membuat keputusan berdasarkan keinginan untuk menjaga koalisi kanannya utuh daripada kepentingan Israel dalam masa perang.

Dan mereka mengatakan Netanyahu membahayakan aliansi strategis Israel dengan Amerika Serikat dengan menolak proposal AS untuk visi pasca-perang Gaza demi memuaskan anggota sayap kanan jauh pemerintahannya.

Prioritas AS di kawasan tersebut semakin terhalangi oleh anggota kabinet sayap kanan jauhnya, yang memiliki pandangan yang sama dengan Netanyahu terhadap kemerdekaan Palestina dan tujuan lain yang dianggap penting oleh pemerintah AS berturut-turut untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel dalam jangka panjang.

Baca Juga: Biadab! Menteri Israel Malah Puji Tentara Zionis Bunuh Bocah Palestina yang Main Kembang Api

Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, DN.Y., berbicara di lantai Senat di Capitol di Washington, 14 Maret 2024. Schumer menyerukan Israel untuk mengadakan pemilu baru, mengatakan dia yakin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah tersesat. (Sumber: Times of Israel)

Dalam momen hot-mic saat berbicara dengan para legislator setelah pidato Kenegaraannya, Biden berjanji akan menghadirkan "momen kebenaran" dengan Netanyahu.

Wakil Presiden Kamala Harris, Schumer, dan para legislator lainnya bertemu pekan lalu di Washington dengan Benny Gantz, anggota Kabinet Perang Israel dan rival yang jauh lebih populer dari Netanyahu, kunjungan yang mendapat teguran dari perdana menteri Israel.

Gantz bergabung dengan pemerintahan Netanyahu dalam Kabinet Perang segera setelah serangan Hamas. Tetapi Gantz diperkirakan akan meninggalkan pemerintahan begitu pertempuran terberat mereda, menandakan berakhirnya periode persatuan nasional.

Unjuk rasa massal dapat meningkatkan tekanan pada koalisi Netanyahu yang sangat tidak populer, dengan tuntutan mengadakan pemilihan umum lebih cepat.

Schumer mengatakan sebagai pejabat terpilih Yahudi tertinggi di Amerika Serikat, dia merasa punya kewajiban untuk bersuara. Dia mengatakan bahwa nama keluarganya berasal dari kata Ibrani Shomer, yang berarti "pengawal."

"Selain itu, saya sangat merasa bertanggung jawab sebagai Shomer Yisroel - pengawal bagi Bangsa Israel," katanya.

Schumer mengatakan jika Israel memperketat kendali atas Gaza dan Tepi Barat dan menciptakan "negara tunggal de facto," maka tidak ada harapan yang masuk akal bahwa Hamas dan sekutu mereka akan menyerahkan senjata. Itu bisa berarti perang terus-menerus, katanya.

"Sebagai sebuah demokrasi, Israel memiliki hak untuk memilih pemimpinnya sendiri, dan kita harus membiarkan segala sesuatunya berjalan apa adanya," kata Schumer. "Tetapi yang penting adalah bahwa warga Israel diberikan pilihan."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU