> >

Ngeri, Rusia Tegaskan Fasilitas Eropa yang Simpan Senjata Nuklir AS sebagai Sasaran Militer yang Sah

Kompas dunia | 7 Maret 2024, 08:03 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam konferensi pers tahunan Menter Lur Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moscow, Rusia, Kamis, 18 Januari 2024. (Sumber: AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

 

MOSKOW, KOMPAS.TV - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan fasilitas di Eropa Utara yang menyimpan senjata nuklir Amerika Serikat (AS) sebagai sasaran militer yang sah dalam bentrokan langsung antara Rusia dan NATO.

Menanggapi pernyataan Presiden Finlandia Alexander Stubb tentang pentingnya memiliki kekuatan pencegahan nuklir, Zakharova mengatakan objek-objek tersebut akan menjadi sumber ancaman langsung bagi Rusia.

Dia menambahkan, kemunculan senjata nuklir AS di Eropa Utara tidak akan meningkatkan keamanan negara-negara penerima senjata tersebut, melainkan justru akan melemahkan.

"Tidak perlu menjadi ahli strategi militer untuk memahami bahwa objek-objek seperti itu akan menjadi sumber ancaman langsung dan akan secara tak terelakkan dimasukkan dalam daftar sasaran yang sah, yang ditentukan oleh skenario bentrokan militer langsung antara negara kita dan NATO," tegas Zakharova di Sochi, Rusia, Rabu (7/3/2024).

Bertentangan dengan harapan Stubb, Zakharova mengatakan penempatan senjata nuklir AS justru akan memperburuk keamanan negara tuan rumah.

Dia bertanya-tanya apakah Stubb sudah menanyakan pendapat rakyatnya tentang hal tersebut dan apakah dia sendiri menyadari risiko dari langkah tersebut.

Baca Juga: Putin Jawab Tudingan AS, Bantah Rusia Berencana Tempatkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

Senjata nuklir dan peluru kendali atau rudal balistik yang dimiliki Rusia saat ini, peluru kendali hipersonik Sarmat, atau Satan 2 di paling kanan. (Sumber: CSIS)

"Sejauh mana warga Finlandia menyadari risiko yang akan mereka hadapi adalah pertanyaan besar. Karena (keputusan seperti itu) akan benar-benar mengubah banyak hal dalam konteks keamanan negara dan masalah-masalah lain yang relevan dengan negara," katanya.

Pada Mei 2022, Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan NATO, meninggalkan kebijakan netralitas militer mereka yang telah berlangsung lama, setelah Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina pada 24 Februari 2022.

Finlandia resmi bergabung dengan NATO pada 4 April 2023. Awalnya, Hungaria dan Turki menentang bergabungnya Swedia ke NATO karena masalah terorisme.

Namun, pada Juli 2023, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan kedua negara mencapai kesepakatan, dan Ankara mencabut protesnya.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan Budapest juga tidak akan menghalangi masuknya Swedia dan akan mendukung keanggotaannya.

Swedia menyelesaikan prosedur keanggotaannya bulan lalu dan akan resmi bergabung.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : RIA Novosti/Anadolu


TERBARU