> >

Wapres Sebut PM Selandia Baru Setuju Upaya Pembebasan Pilot Susi Air Dilakukan secara Persuasif

Kompas dunia | 27 Februari 2024, 14:56 WIB
Wakil Presiden RI Maruf Amin berjabat tangan dengan Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon dalam pertemuan bilateral di gedung parlemen Selandia Baru, Wellington, Selasa (27/2/2024). (Sumber: Youtube Sekretariat Wakil Presiden)

WELLINGTON, KOMPAS.TV - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin menyebut Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon sepakat dengan kebijakan Indonesia yang melakukan pendekatan persuasif untuk membebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Hal tersebut disampaikan Ma'ruf usai bertemu dengan Luxon di gedung parlemen Selandia Baru di Wellington, Selasa (27/2/2024).

Ma'ruf menyebut pendekatan persuasif dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Ada sedikit juga disinggung sandera di Papua. Saya sampaikan bahwa Indonesia berkomitmen untuk membebaskan, cuma kita lebih mengutamakan keselamatan dari pilot itu sehingga kita melakukannya dengan cara persuasif," kata Ma'ruf usai pertemuan bilateral dengan Luxon, Selasa.

"Dan beliau setuju bahwa pendekatannya harus persuasif, karena ini hal-hal yang sensitif," lanjutnya.

Baca Juga: Kapolda Papua Sebut Pilot Susi Air Masih Ada di Nduga Disandera KKB, Berharap Segera Dibebaskan

Eks ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menyebut Jakarta memahami keprihatinan Selandia Baru atas penyanderaan Philip yang telah berlangsung sejak Februari 2023.

"Saya ingin tegaskan kembali bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengupayakan pembebasan pilot tersebut secepatnya. Prioritas utama dalam upaya tersebut adalah keselamatan Kapten Philip Mehrtens," kata Ma'ruf, dikutip Antara.

Dia menyatakan pemerintah Indonesia terus mengupayakan pendekatan persuasif yang dilakukan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan gereja.

Di lain sisi, dia menyebut opsi pelibatan pihak asing dalam upaya pembebasan sandera perlu dipertimbangkan kembali karena sensitivitas persoalan tersebut.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU