Ini Dampak Mengerikan Bila Mesir Membatalkan Perjanjian Perdamaian dengan Israel
Kompas dunia | 13 Februari 2024, 09:40 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Sebuah jabat tangan hangat terjadi antara negarawan yang semula diragukan bertemu, dilakukan di bawah tatapan sumringah Presiden AS Jimmy Carter, yang menandakan Kesepakatan Camp David pada September 1978 dan perjanjian perdamaian pada tahun berikutnya.
Cahaya matahari menyinari pepohonan di Camp David, Maryland, ketika Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin memantapkan kesepakatan bersejarah yang telah memberikan lebih dari 40 tahun perdamaian antara Israel dan Mesir. Perdamaian ini menjadi sumber stabilitas penting di kawasan yang penuh gejolak.
Perdamaian itu tetap kokoh melalui dua pemberontakan Palestina dan serangkaian perang antara Israel dan Hamas.
Namun, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan mengirim pasukan Israel ke Rafah, sebuah kota di Gaza yang berbatasan dengan Mesir, pemerintah Mesir mengancam akan membatalkan perjanjian tersebut.
Berikut adalah tinjauan tentang sejarah perjanjian dan apa yang bisa terjadi jika dibatalkan.
Baca Juga: Mesir Ancam Israel jika Serang Rafah, Bakal Hentikan Kesepakatan Damai dengan Zionis
Sejarah Perjanjian Perdamaian Mesir - Israel
Tahun 1977, Begin, yang baru menjabat perdana menteri Israel, menentang penyerahan sebagian dari tanah yang ditaklukkan Israel satu dekade sebelumnya dalam Perang Timur Tengah 1967. Termasuk di antara tanah tersebut adalah Semenanjung Sinai milik Mesir.
Mesir dan Israel telah berperang dalam empat perang besar, yang paling terakhir pada tahun 1973. Jadi dunia terkejut ketika Anwar Sadat dari Mesir memutuskan untuk berkomunikasi dengan Israel, melanggar kesepakatan dengan pemimpin Arab lainnya.
Percakapan tersebut mencapai puncaknya dalam Kesepakatan Camp David pada September 1978 dan perjanjian perdamaian pada tahun berikutnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press