> >

Universitas Harvard Diselidiki Pemerintah AS, Dituduh Melecehkan dan Rasis Terhadap Mahasiswa Muslim

Kompas dunia | 8 Februari 2024, 07:42 WIB
Universitas Harvard di Amerika Serikat menghadapi penyelidikan pemerintah atas dugaan perlakuan diskriminatif, pelecehan dan serangan rasial atas mahasiswa Arab dan umat Muslim setelah adanya pengaduan hak sipil yang diajukan oleh mahasiswa Arab dan Muslim, hari Rabu, (7/2/2024). (Sumber: Anadolu)

ANKARA, KOMPAS.TV - Universitas Harvard di Amerika Serikat menghadapi penyelidikan pemerintah atas dugaan perlakuan diskriminatif, pelecehan dan serangan rasial atas mahasiswa Arab dan umat Muslim setelah adanya pengaduan hak sipil yang diajukan oleh mahasiswa Arab dan Muslim, hari Rabu, (7/2/2024).

Sejak dimulainya konflik Israel-Hamas pada Oktober lalu, lebih dari 60 penyelidikan oleh Departemen Pendidikan AS telah diluncurkan terkait dugaan diskriminasi terkait akar leluhur bersama di sekolah K-12, perguruan tinggi, dan universitas, seperti dilaporkan oleh ABC News, Rabu, (7/2/2024).

"Kami mendukung kinerja Kantor Hak Sipil untuk memastikan dijaganya hak akses mahasiswa ke program pendidikan dan akan bekerja sama dengan kantor tersebut untuk menjawab pertanyaan mereka," kata Jason Newton, juru bicara Universitas Harvard kepada media.

Muslim Legal Fund of America, yang mengajukan pengaduan atas nama mahasiswa pada bulan Januari, mengklaim mahasiswa menghadapi "pelecehan dan serangan rasial yang meluas, termasuk doxxing, pengejaran, dan serangan, semata-mata karena menjadi warga Palestina, Muslim, dan pendukung hak Palestina."

Kelompok tersebut juga menyatakan beberapa mahasiswa mengalami serangan fisik karena mengenakan keffiyeh, syal tradisional Palestina.

"Pengaduan kami menyoroti kegagalan Harvard untuk melindungi lebih dari selusin mahasiswa dari pelecehan, intimidasi, dan ancaman semata-mata karena status mereka sebagai warga Palestina, Arab, Muslim, dan pendukung hak Palestina," kata dana hukum tersebut.

"Penyelidikan ini menandakan langkah penting menuju pertanggungjawaban dan keadilan bagi mahasiswa ini, yang semua berhak untuk belajar dalam lingkungan yang aman dan memiliki kebebasan untuk menyatakan pandangan mereka," tambahnya.

Baca Juga: PBB Ungkap Israel Memblokir 51 dari 61 Pengiriman Bantuan ke Gaza Utara Selama Januari

Demonstran pro-Palestina di Freedom Plaza, Washington, Amerika Serikat (AS) berunjuk rasa pada Sabtu (4/11/2023), menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza dan penghentian genosida masyarakat Palestina. (Sumber: Jose Luis Magana/Associated Press)

Sementara angka kematian warga sipil Gaza akibat serangan Israel melampaui 27.700 orang, dengan setidaknya 67.174 warga Palestina terluka dalam serangan Israel sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza hari Rabu, (7/2/2024).

Kementerian Kesehatan Gaza hari Rabu mengkonfirmasi setidaknya 27.708 warga Palestina tewas dan 67.174 lainnya terluka dalam serangan Israel di wilayah pantai tersebut sejak 7 Oktober.

Pernyataan kementerian tersebut menyebutkan bahwa serangan Israel telah menewaskan 123 orang dan melukai 169 lainnya dalam 24 jam terakhir, "Banyak orang masih terjebak di bawah puing-puing dan di jalan, dan penyelamat tidak dapat mencapai mereka," demikian pernyataan tersebut.

 

Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober yang, menurut Tel Aviv, menewaskan 1.200 orang.

Sekitar 85% warga Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel, sementara semuanya mengalami ketidakamanan pangan, menurut PBB. Ratusan ribu orang tinggal tanpa tempat perlindungan, dan kurang dari separuh truk bantuan masuk ke wilayah tersebut dibandingkan sebelum dimulainya konflik.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Anadolu / ABC News


TERBARU