> >

100 Hari Kampanye Berdarah Israel di Gaza: Hampir 24.000 Terbunuh, 359.000 Rumah Dirusak atau Hancur

Kompas dunia | 14 Januari 2024, 21:30 WIB
Seorang pria Palestina membopong seorang anak yang berlumur darah, bergegas di antara gelimpangan mayat, usai serangan udara Israel di dekat Rumah Sakit Al-Syifa, Kota Gaza, 3 November 2023. (Sumber: Abed Khaled/Associated Press)

Afrika Selatan menginginkan perintah sementara dari Mahkamah Internasional agar Israel menangguhkan operasi militer di Gaza.

Akan tetapi, otoritas Israel menolak dituduh melakukan genosida. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menyebut gugatan Israel adalah "fitnah" dan menegaskan Mahkamah Internasional pun tak akan bisa menghentikan mereka.

“Tidak ada yang menghentikan kami, bukan Den Haag (Mahkamah Internasional), bukan poros kejahatan, dan bukan orang lain,” kata Netanyahu, Sabtu (13/1).

Muhammad Ghalayini, ilmuwan Palestina yang selamat dari operasi pengeboman di Jalur Gaza menyebut serangan terus-menerus Israel bisa terjadi karena "rasisme" yang ditunjukkan pemimpin-pemimpin Barat.

Ia pun menunjuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan pemimpin negara Barat lain turut bertanggung jawab atas pembantaian di Jalur Gaza yang masih berlangsung.

"Saya pikir hanya ada satu kata yang menggambarkan respons internasional (terhadap Jalur Gaza) dari Barat Global, dan itu adalah rasisme. Jika masyarakat Palestina tidak dianggap kurang manusia oleh pemimpin-pemimpin Barat maka responsnya akan jauh berbeda dari sisi empati," kata Ghalayini kepada Al Jazeera, Minggu (14/1).

"Hasil dari respons rasis mereka atas kematian dan penghancuran yang dialami masyarakat Palestina di Gaza, itu pasti akan menimbulkan efek riak, dan itu semua salah Joe Biden dan pemimpin Barat lain," lanjutnya.

Baca Juga: Buka Sidang Genosida Gaza, Afrika Selatan: Kejahatan Israel di Palestina Dimulai sejak 1948

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Al Jazeera


TERBARU