> >

Kerusuhan dan Penjarahan di Papua Nugini Tewaskan 15 Orang, Diawali Polisi Mogok Kerja

Kompas dunia | 11 Januari 2024, 18:23 WIB
Sebuah toko di Port Moresby, Papua Nugini, yang porak-poranda pada Kamis (11/1/2024) usai kota itu diterpa gelombang kerusuhan dan penjarahan. (Sumber: ABC via AP)

PORT MORESBY, KOMPAS.TV - Kerusuhan pecah di dua kota terbesar Papua Nugini dan dilaporkan menewaskan setidaknya 15 orang per Kamis (11/1/2024). Kerusuhan yang terjadi di ibu kota Port Moresby dan kota Lae pun diwarnai aksi-aksi penjarahan.

Kerusuhan bermula pada Rabu (10/1) ketika ratusan polisi, tentara, sipir, dan aparatur sipil negara mogok kerja usai gaji mereka dipotong.

Pemerintah Papua Nugini menyebut pemotongan gaji terjadi karena kesalahan administrasi.

Baca Juga: Jokowi Temui Pemimpin Fiji dan Papua Nugini, Ungkap Komitmen Indonesia untuk Pasifik

Pemerintah Papua Nugini pun berusaha mengembalikan ketertiban usai kerusuhan menjalar di dua kota. Perdana Menteri Papua Nugini James Marape menyebut Port Moresby dalam kondisi tegang tetapi aksi-aksi kekerasan telah berkurang.

"Polisi tidak bekerja kemarin di kota (Port Moresby) dan orang-orang memanfaatkan ketiadaan hukum itu, tidak semua orang, hanya segmen tertentu di kota ini," kata Marape, Kamis, dikutip Associated Press.

"Laporan situasi per pagi ini menunjukkan ketegangan di kota telah berkurang," lanjutnya.

Banyak pertokoan dan bank dilaporkan masih tutup di Port Moresby dan Lae per Kamis. Pemerintah pun menerjunkan tambahan 180 personel keamanan ke Port Moresby untuk mengendalikan situasi.

Aksi kekerasan di Papua Nugini dilaporkan cenderung meningkat di tengah tingginya angka pengangguran dan naiknya harga-harga kebutuhan pokok.

Papua Nugini juga menghadapi aksi kekerasan antarsuku di daerah-daerah pedalaman. Negara tetangga Indonesia itu berupaya meningkatkan jumlah polisi dari 6.000 personel menjadi 26.000 personel.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU