> >

Pasukan Prancis Terakhir Tinggalkan Niger saat Kawasan Sahel Afrika Hapus Pengaruh Bekas Penjajahnya

Kompas dunia | 23 Desember 2023, 02:00 WIB
Pasukan Prancis terakhir di Niger telah hengkang hari Jumat, (22/12/2023), menandai berakhirnya lebih dari satu dekade operasi Prancis untuk melawan kelompok bersenjata di wilayah Sahel, Afrika Barat. (Sumber: TASS)

Pada bulan September, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan penarikan seluruh pasukan Prancis dari Niger hingga akhir tahun. Kontingen pertama militer Prancis hengkang pada bulan Oktober lalu.

Sebagian besar prajurit Prancis di Niger berada di pangkalan udara di Niamey. Kelompok-kelompok kecil ditempatkan bersama pasukan Niger di perbatasan dengan Mali dan Burkina Faso, di mana kelompok bersenjata yang terkait dengan ISIL (ISIS) dan Al-Qaeda diyakini beroperasi.

Penarikan tersebut merupakan operasi yang kompleks, dengan konvoi harus mengemudi hingga 1.700 km di rute gurun yang kadang berbahaya ke pusat operasi Sahel Prancis di Chad yang berbatasan.

Baca Juga: Mali, Niger, dan Burkina Faso Bentuk Aliansi Sahel, 3 Junta Satukan Kekuatan

Jenderal Abdourahmane Tchiani, pemimpin kudeta militer Niger. Pasukan Prancis terakhir di Niger telah hengkang hari Jumat, (22/12/2023), menandai berakhirnya lebih dari satu dekade operasi Prancis untuk melawan kelompok bersenjata di wilayah Sahel, Afrika Barat. (Sumber: France24)

Konvoi pertama pasukan Prancis yang menarik diri dari Niger tiba di ibu kota Chad, N'Djamena, setelah 10 hari di jalan.

Dari Chad, pasukan Prancis dapat meninggalkan wilayah udara dengan peralatan yang paling sensitif, meskipun sebagian besar sisanya harus dipindahkan melalui darat dan laut.

Seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya bulan Oktober mengatakan beberapa kontainer Prancis yang membawa peralatan akan dibawa dari Chad ke pelabuhan Douala di Kamerun sebelum mereka berlayar ke Prancis.

Mantan sekutu Prancis di Niger, Presiden yang digulingkan Mohamed Bazoum, tetap berada di bawah tahanan rumah.

Seorang pejabat AS mengatakan pada bulan Oktober bahwa Washington akan menahan sekitar 1.000 personel militer di Niger, tetapi tidak lagi aktif melatih atau membantu pasukan Niger.

AS mengatakan bulan ini mereka siap melanjutkan kerja sama dengan Niger dengan syarat pemerintahan militer berkomitmen untuk transisi cepat ke pemerintahan sipil.

Penguasa Niger menginginkan waktu hingga tiga tahun untuk kembali ke pemerintahan sipil.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU