> >

Di Tengah Gempuran Israel, Begini Perjuangan Petugas Medis Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Kompas dunia | 30 Oktober 2023, 23:25 WIB
Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Bayt Lahiya, Jalur Gaza. (Sumber: Facebook MER-C Indonesia)

MEDAN, KOMPAS.TV - Petugas medis Rumah Sakit Indonesia yang beroperasi di Bayt Lahiya, Gaza terus berjuang merawat pasien di tengah gempuran yang dilakukan pasukan Israel.

Menurut relawan MER-C Indonesia, Fikri Rofiul Haq, Rumah Sakit Indonesia di Gaza telah dibanjiri pasien selama berminggu-minggu pemboman tanpa henti oleh pasukan Israel.

“Di RS Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit,” kata Fikri dikutip dari Al Jazeera, Senin (30/10/2023).

“Sekitar separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman daripada rumah mereka, seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia," tuturnya.

"Lebih dari 1.500 warga mengungsi ke RS Indonesia dan berkemah di ruangan kosong dan halaman rumah sakit," ujarnya.

Pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia sempat kehilangan aliran listrik karena pemadaman listrik yang disebabkan oleh kekurangan bahan bakar akibat blokade total Israel.

“Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” jelas Fikri.

“Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari," ujarnya.

Meski sempat mendapatkan pasokan bantuan pada 19 dan 24 Oktober lalu dari masyarakat Indonesia dan organisasi bantuan lainnya di Gaza, namun jumlah bantuan tersebut masih kurang.

“Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis,” ungkap Fikri.

Baca Juga: Sempat Alami Listrik Padam, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Sudah Beroperasi Kembali

Pada hari Jumat (27/10/2023) kemarin, komunikasi di seluruh Gaza terputus yang berbagai organisasi bantuan termasuk MER-C tidak dapat menghubungi staf mereka di lapangan.

Rima Manzanaris, manajer operasional MER-C yang berbasis di Indonesia mengaku khawatir dengan meningkatnya pemboman militer di Gaza dan komunikasi yang tidak merata.

Apalagi ada laporan pemboman besar-besaran di dekat rumah sakit dalam beberapa hari terakhir.

“Kami tidak dapat menghubungi ketiga relawan Indonesia di Gaza sejak sore hari tanggal 27 Oktober karena semua jaringan telepon dan WhatsApp mati,” kata Rima.

Manzanaris mengatakan, MER-C saat ini sedang bersiap mengirimkan tim ke Mesir untuk mengumpulkan bantuan untuk didistribusikan ke rumah sakit.

“Sejak pekan lalu, tim MER-C di Gaza telah mendistribusikan bantuan yang diberikan oleh WNI dengan mencari perbekalan di Jalur Gaza, antara lain obat-obatan, pakaian paramedis, makanan siap saji, perlengkapan musim dingin, dan bahan bakar genset di RS Indonesia,” ujarnya.

Sementara terkait serangan Israel yang semakin meningkat, Fikri mengungkapkan, sejumlah atap di Rumah Sakit Indonesia runtuh.

“Dua hari yang lalu, terjadi penembakan yang sangat hebat oleh pasukan Israel di sekitar RS Indonesia, yang dimulai pada sore hari dan tidak berhenti sepanjang malam. Kami hanya mendengar ledakan terus menerus,” terang Fikri.

Baca Juga: Listrik Rumah Sakit Indonesia di Gaza Padam, Nyawa Pasien Terancam

Plafond atau atap Rumah Sakit Indonesia runtuh akibat serangan Israel di Jalur Gaza. (Sumber: Facebook MER-C Indonesia)

“Suara ledakannya memekakkan telinga dan beberapa roket Israel mendarat di area sekitar rumah sakit," katanya.

“Bom tersebut menyebabkan seluruh rumah sakit berguncang dan kami harus berusaha menyelamatkan diri dengan berlindung di ruang bawah tanah,” tambahnya.

Fikri pun berharap, gencatan senjata akan segera dilakukan oleh Israel dan Palestina atau Hamas agar bantuan bisa masuk ke wilayah Gaza.

"Kami berharap gencatan senjata segera diumumkan,” ucapnya.

“Musim dingin akan segera tiba dan jika perang ini terus berlanjut, para pengungsi di Jalur Gaza akan berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena mereka tidak memiliki cukup kasur, selimut, dan jaket," tutup Fikri. 

Baca Juga: Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Salah Satu RS Terbesar di Palestina yang Merawat Ratusan Korban

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU