> >

Palestina: Israel Lakukan "Pembantaian Baru" saat Serang Gereja Ortodoks di Gaza

Kompas dunia | 20 Oktober 2023, 11:06 WIB
Gereja Ortodoks Yunani di Gaza. (Sumber: Journey to The Orthodoxy)

GAZA, KOMPAS.TV - Kementerian Dalam Negeri Palestina menyebut Israel telah melakukan "pembantaian baru" yang menargetkan pengungsi dalam serangan udara ke Gereja Ortodoks di Gaza pada Kamis (19/10/2023).

Al Jazeera melaporkan, setidaknya delapan orang tewas dalam serangan ke Gereja Santo Porphyrius yang menjadi tempat mengungsi bagi warga Palestina baik Kristen maupun Muslim, sejak serangan Israel ke Gaza dimulai.

Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi MBS Kutuk Serangan Israel terhadap Warga Sipil Palestina di Gaza

Menurut Kementerian Dalam Negeri Palestina, serangan ke gereja tersebut merupakan "pembantaian baru" yang dilakukan militer Israel terhadap para pengungsi.

Gereja Ortodoks tersebut memang menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi di Gaza, wilayah Palestina di mana dua juta lebih orang terkurung akibat blokade Israel sejak 2007.

“Pembataian baru dilakukan oleh penjajah terhadap ratusan pengungsi di dalam Gereja Ortodoks di Gaza, menghasilkan jumlah besar korban tewas dan cedera,” bunyi pernyataan Kementerian Dalam Negeri Palestina di Telegram, dikutip dari Anadolu Agency.

Terkait serangan tersebut, Israel belum memberikan komentarnya.

Patriarkat Gereja Ortodoks di Yerusalem pun mengutuk secara keras serangan Israel terhadap gereja Ortodoks Yunani tersebut.

Baca Juga: Biden Ingin Dunia Tak Lupakan Solusi Dua Negara, tapi Bela Diri Kenapa Tetap Mendukung Israel

Mereka pun menegaskan komitmennya untuk melakukan tugas kemanusiaan untuk menampung warga sipil meski ditengah apa yang disebutnya sebagai kejahatan perang Israel.

“Menargetkan gereja dan institusinya, serta tempat perlindungan yang disediakan untuk melindungi warga yang tak bersalah, terutama anak-anak dan perempuan yang kehilangan rumah akibat serangan udara Israel di wilayah pemukiman selama 13 hari terakhir, merupakan kejahatan perang yang tak dapat diabaikan,” bunyi pernyataan Patriarkat Gereja Ortodoks di Yerusalem.

Patriarkat itu juga mengatakan mereka tak akan mengabaikan tugas keagamaan dan kemanusiaan, yang berakar pada nilai-nilai Kristiani, untuk menyediakan semua yang diperlukan saat perang maupun damai.

Dilansir Al Jazeera, Gereja Santo Porphyrius dibangun antara tahun 1150-an dan 1160-an oleh pasukan salib dan namanya diambil dari nama uskup Gaza pada abad kelima.

Beberapa hari sebelum serangan terjadi, Pastur Elias, pastur di Gereja Santo Porphyrius, memprediksi Israel akan menyerang gereja tersebut.

Serangan apapun terhadap gereja itu, kata dia, "tidak hanya serangan terhadap agama yang merupakan perbuatan keji, tetapi juga serangan terhadap kemanusiaan."

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu Agency, Al Jazeera


TERBARU