> >

120.000 Warga Keturunan Armenia akan Pindah dari di Nagorno-Karabakh, Dikawal Pasukan Rusia

Kompas dunia | 25 September 2023, 07:15 WIB
120.000 orang etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh akan pindah ke Armenia karena mereka tidak ingin tinggal sebagai bagian dari Azerbaijan dan takut akan pembersihan etnis, kata kepemimpinan wilayah otonom tersebut pada hari Minggu, (24/9/2023). (Sumber: AP Photo)

KORNIDZOR, KOMPAS.TV - Sebanyak 120.000 orang etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh akan pindah ke Armenia karena mereka tidak ingin tinggal sebagai bagian dari Azerbaijan dan takut akan pembersihan etnis, kata kepemimpinan wilayah otonom tersebut pada hari Minggu, (24/9/2023).

Perdana Menteri  Armenia Nikol Pashinyan juga mengatakan orang-orang Armenia Karabakh kemungkinan akan meninggalkan wilayah tersebut, dan Armenia siap menerima mereka, menyusul kekalahan pekan lalu di tangan Azerbaijan dalam konflik yang bermula sejak runtuhnya Uni Soviet, seperti laporan Straits Times, Minggu, (24/9/2023).

Masyarakat Armenia di Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan,  tetapi sebelumnya di luar kendali Baku (ibu kota Azerbaijan), terpaksa mengumumkan gencatan senjata pada 20 September setelah operasi militer kilat 24 jam oleh militer Azerbaijan yang jauh lebih besar.

Azerbaijan menegaskan akan menjamin hak mereka dan mengintegrasikan wilayah tersebut, tetapi orang-orang Armenia mengatakan mereka khawatir akan represi. "Rakyat kami tidak ingin tinggal sebagai bagian dari Azerbaijan. Sembilan puluh sembilan koma sembilan persen lebih memilih meninggalkan tanah sejarah kita," kata David Babayan, penasihat untuk Samvel Shahramanyan, presiden Republik Artsakh yang menyatakan diri sendiri, kepada media.

"Nasib orang-orang miskin kami akan menjadi catatan buruk dan aib bagi rakyat Armenia dan seluruh dunia beradab," kata Babayan. "Mereka yang bertanggung jawab atas nasib kita suatu hari harus bertanggung jawab di hadapan Tuhan atas dosa-dosa mereka."

Para pejuang etnis Armenia mulai menyerahkan senjata mereka, kata Babayan. Dia mengatakan tidak jelas kapan penduduk akan bergerak melalui koridor Lachin yang menghubungkan wilayah tersebut dengan Armenia, di mana PM Nikol Pashinyan telah dihadapkan pada desakan untuk mengundurkan diri karena gagal menyelamatkan Karabakh.

Dalam pidato kepada bangsanya, Pashinyan mengatakan beberapa bantuan kemanusiaan telah tiba tetapi orang-orang Armenia di Karabakh masih menghadapi "bahaya pembersihan etnis".

Baca Juga: PM Armenia Khawatir Terjadi Pembersihan Etnis Usai Pasukan Azerbaijan Kuasai Nagorno-Karabakh

Kelompok pertama pengungsi dari Nagorno-Karabakh tiba di Armenia, kata pejabat setempat pada hari Minggu, (24/9/2023) dan lebih banyak yang diharapkan tiba setelah blokade selama 10 bulan dan serangan militer kilat bulan ini yang menyebabkan Azerbaijan menguasai penuh wilayah otonom tersebut. (Sumber: AP Photo)

"Jika kondisi hidup yang nyata tidak diciptakan bagi orang-orang Armenia Nagorno-Karabakh di rumah mereka, dan mekanisme perlindungan yang efektif terhadap pembersihan etnis, maka kemungkinan besar orang-orang Armenia Nagorno-Karabakh akan melihat pengusiran dari tanah air mereka sebagai satu-satunya jalan keluar."

"Armenia akan menyambut dengan cinta saudara-saudara dan saudari-saudari kita dari Nagorno-Karabakh," kata Pashinyan, seperti laporan TASS, Sabtu, (23/9/2023).

Pemindahan massal ini bisa mengubah keseimbangan kekuatan yang sensitif di kawasan Kaukasus Selatan, yang merupakan mozaik etnis yang dilintasi oleh pipa minyak dan gas di mana Rusia, Amerika Serikat, Turki, dan Iran bersaing untuk pengaruh.

Kemenangan Azerbaijan pekan lalu tampaknya mengakhiri salah satu "konflik beku" berusia puluhan tahun akibat runtuhnya Uni Soviet. Presiden Ilham Aliyev mengatakan kekuasaan tangan besinya telah mengakhiri gagasan Karabakh Armenia yang independen dan wilayah itu akan menjadi "surga" sebagai bagian dari Azerbaijan.

Armenia mengatakan lebih dari 200 orang tewas dan 400 terluka dalam operasi militer Azerbaijan. Nasib populasi etnis Armenia menimbulkan kekhawatiran di Moskow, Washington, dan Brussels.

Nagorno-Karabakh, yang dikenal sebagai Artsakh oleh orang Armenia, terletak di wilayah yang selama berabad-abad berada di bawah pengaruh Persia, Turki, Rusia, Utsmani, dan Soviet. Wilayah ini diklaim oleh Azerbaijan dan Armenia setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia tahun 1917. Pada zaman Uni Soviet, wilayah ini ditetapkan sebagai wilayah otonom dalam Azerbaijan.

Saat Uni Soviet runtuh, orang-orang Armenia di sana membebaskan diri dari kendali Azerbaijan dan merebut wilayah tetangga dalam apa yang sekarang dikenal sebagai Perang Karabakh Pertama. Antara tahun 1988 hingga 1994, sekitar 30.000 orang tewas dan lebih dari satu juta orang, sebagian besar orang Azeri, mengungsi.

Baca Juga: Usai Serbu Nagorno-Karabakh, Azerbaijan Kirim Bantuan ke 120.000 Penduduk yang Kurang Pangan

Pada tahun 2020, setelah puluhan tahun cekcok, Azerbaijan dengan dukungan dari Turki memenangkan Perang Karabakh Kedua selama 44 hari, merebut kembali wilayah di sekitar Karabakh. Perang itu berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dimediasi Rusia, yang orang Armenia tuduh gagal memberi jaminan.(Sumber: AP Photo)

Pada tahun 2020, setelah puluhan tahun cekcok, Azerbaijan dengan dukungan dari Turki memenangkan Perang Karabakh Kedua selama 44 hari, merebut kembali wilayah di sekitar Karabakh. Perang itu berakhir dengan perjanjian perdamaian yang dimediasi Rusia, yang orang Armenia tuduh gagal memberi jaminan.

Otoritas Armenia di wilayah tersebut mengatakan pada Sabtu malam bahwa sekitar 150 ton barang kemanusiaan dari Rusia dan 65 ton tepung yang dikirim oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah tiba di wilayah tersebut.

"Memperhatikan besarnya kebutuhan kemanusiaan, kami meningkatkan kehadiran kami di sana dengan personel khusus di bidang kesehatan, forensik, perlindungan, dan kontaminasi senjata," kata ICRC dalam sebuah pernyataan.

Dengan 2.000 pasukan penjaga perdamaian di wilayah tersebut, Rusia mengatakan bahwa berdasarkan syarat-syarat gencatan senjata, enam kendaraan lapis baja, lebih dari 800 senjata kecil, senjata anti-tank, dan sistem pertahanan udara portabel, serta 22.000 peluru telah diserahkan pada hari Sabtu, (23/9/2023).

Pashinyan, yang secara publik menuduh Rusia gagal mendukung Armenia, mengatakan pada hari Jumat bahwa ruang untuk 40.000 orang dari Karabakh telah disiapkan di Armenia.

 

Azerbaijan mengatakan orang-orang Armenia dapat pergi jika mereka mau. Sekitar 20 ambulans dijadwalkan akan mengangkut sebagian dari orang-orang yang terluka dari Nagorno-Karabakh ke Armenia, kata sumber kemanusiaan yang berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang telah melakukan pembicaraan mendesak dengan Armenia dan Azerbaijan, mengatakan di media sosial: "Amerika Serikat akan terus mendukung Armenia dan kedaulatannya serta integritas wilayahnya."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Straits Times / TASS


TERBARU