> >

Saat Putin Blak-Blakan di Depan Pemimpin Afrika, Sebut Rusia Siap Cari Penyelesaian Damai di Ukraina

Kompas dunia | 29 Juli 2023, 08:18 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin saat KTT Rusia - Afrika. Di depan puluhan pemimpin negara Afrika mengatakan Rusia siap mencari cara untuk mencapai penyelesaian damai atas situasi di sekitar Ukraina, meskipun Barat selalu bertindak semata-mata untuk kepentingan mereka sendir. (Sumber: AP Photo)

ST. PETERSBURG, KOMPAS.TV - Rusia siap mencari cara untuk mencapai penyelesaian damai atas situasi di sekitar Ukraina, meskipun Barat selalu bertindak semata-mata untuk kepentingan mereka sendiri dalam konflik internasional apa pun.

"Apakah mereka lupa mereka menghancurkan situasi di Sudan? Apakah mereka lupa apa yang mereka lakukan di Suriah? Mereka tidak peduli dengan Piagam PBB, mereka hanya ingat tentang hukum internasional ketika mereka percaya instrumen-instrumen ini bisa digunakan melawan seseorang - dalam hal ini Rusia," kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan dengan pemimpin negara-negara Afrika, Jumat (29/7/2023).

"Mereka tidak akan mencapai apa-apa, ini terlalu primitif. Jika mereka ingin seseorang mematuhi Piagam PBB dan undang-undang internasional lainnya, mereka harus berusaha untuk mematuhi norma-norma yang sama. Namun, hal ini tidak berarti kita tidak ingin dan tidak mencari penyelesaian damai dari konflik apa pun," lanjut Putin seperti laporan TASS, Jumat, (28/7)

Menanggapi para pemimpin Afrika, Presiden Rusia tersebut mengatakan pendekatan dan ide-ide dari pemimpin Afrika, semuanya mencerminkan poin-poin rencana perdamaian China untuk penyelesaian Ukraina, yang disampaikan pada bulan Februari lalu.

Putin menekankan pihak berwenang Ukraina menerbitkan dasar hukum khusus yang melarang negosiasi dengan Rusia. 

"Kami, di pihak kami, tidak pernah menolak negosiasi, kami selalu mengatakan kami siap untuk dialog lebih lanjut," tegas Putin, seraya mengulangi Rusia selalu siap melakukan negosiasi secara terbuka.

Putin mengungkapkan "rancangan perjanjian [perdamaian] sudah dinegosiasikan (dan disepakati) secara efektif" sebelumnya.

"Tapi setelah penarikan pasukan kami dari pinggiran Kiev, dimana kami diminta melakukannya untuk menciptakan kondisi penandatanganan kesepakatan final, pihak berwenang Kiev langsung menolak semua kesepakatan (yang sudah dicapai) sebelumnya," katanya.

"Oleh karena itu, saya percaya bola sepenuhnya ada di tangan mereka. Saya tidak akan memberi rincian tentang apa yang kita negosiasikan saat ini, itu tidak akan tepat. Namun, tidak semua orang tahu, namun kami tahu dengan sangat baik Kiev mendapatkan kemerdekaannya selama pembubaran Uni Soviet, berdasarkan deklarasi kemerdekaan, dan deklarasi ini menyatakan dengan jelas Ukraina adalah negara netral. Ini sangat penting bagi kami; bagi kami, tidak cukup jelas, mengapa Barat mulai menarik Ukraina ke NATO," Putin menyimpulkan, menambahkan, menurut pandangan Moskow, inilah yang menjadi ancaman mendasar bagi kepentingan Rusia.

Dalam menghadapi KTT Rusia-Afrika untuk hari kedua, Putin mengatakan Moskow akan menganalisis proposal perdamaian untuk Ukraina yang dicari oleh pemimpin-pemimpin Afrika.

Baca Juga: Putin di KTT Rusia - Afrika Janjikan Gandum Gratis ke 6 Negara Afrika

"Ini adalah masalah yang mendesak, dan kami tidak menghindari untuk mempertimbangkannya," kata pemimpin Rusia itu, seraya menekankan pemerintahannya memperlakukan inisiatif Afrika dengan hormat dan memperhatikannya dengan cermat.

Dia mendorong para pemimpin Afrika untuk berbicara dengan Ukraina, yang menolak untuk terlibat dalam pembicaraan sampai pasukan Rusia mundur.

"Saya percaya penting untuk juga berbicara dengan pihak lain, meskipun kami berterima kasih kepada teman-teman Afrika kami atas perhatian mereka terhadap masalah ini," kata Putin di KTT St. Petersburg.

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, mengatakan para pemimpin Afrika menantikan untuk berbicara lebih lanjut dengan Putin lebih lanjut pada hari Jumat tentang proposal perdamaian mereka.

"Kami berharap keterlibatan dan perundingan yang konstruktif dapat mengakhiri konflik yang sedang berlangsung," sambung Ramaphosa.

"Sejarah kami sendiri mengajarkan kami hal ini memang mungkin," imbuh dia.

Tanpa menyebutkan pertempuran di Ukraina secara khusus, Presiden Uganda Yoweri Museveni mengecam mereka yang menimbulkan konflik militer yang didorong oleh ideologi sebagai pemboros waktu dan peluang, menambahkan sejarah manusia akan berlanjut, apakah mereka suka atau tidak.

"Hanya perang yang dibenarkan adalah perang yang adil, seperti perang anti-kolonial. Perang hegemoni akan gagal dan membuang waktu dan peluang. Dialog adalah cara yang benar," kata Museveni. 

Dalam pertemuan larut malam Jumat tentang proposal perdamaian di hadapan publik, Putin mengulangi penjelasannya kepada para pemimpin Afrika tentang asal-usul konflik dan tindakan Rusia dalam konflik tersebut, tanpa memberikan reaksi khusus terhadap saran-saran mereka.

Para pemimpin Afrika mengatakan mereka mengharapkan mendengar reaksi rinci Putin dalam bagian pertemuan berikutnya yang bersifat tertutup.

Baca Juga: Kremlin: KTT Rusia-Afrika akan Dihadiri 17 Kepala Negara, Bahas Ekspor Gandum dan Pupuk ke Afrika

Para pemimpin Afrika dan Presiden Rusia Vladimir Putin usai KTT di St. Petersburg. (Sumber: AP Photo)

KTT Rusia-Afrika dan Upaya Kremlin

Sementara itu KTT Rusia-Afrika menandai upaya Kremlin yang diperbaharui untuk memperkuat hubungan dengan benua berpenduduk 1,3 miliar orang yang semakin tegas di panggung global.

Lima puluh empat negara Afrika membentuk blok pemungutan suara terbesar di PBB dan lebih terpecah dibandingkan dengan wilayah lain dalam resolusi Majelis Umum yang mengkritik tindakan Rusia di Ukraina.

Hanya ada 17 kepala negara yang hadir di KTT, dibandingkan dengan 43 pada KTT Rusia-Afrika pertama pada tahun 2019, jumlah kehadiran yang menurun secara tajam yang Kremlin atributkan kepada apa yang mereka sebut sebagai tekanan Barat "yang menyakitkan" untuk menghalangi negara-negara Afrika hadir.

Putin memuji peran Afrika dalam "tatanan dunia multipolar" yang muncul, mencatat "era hegemoni satu atau beberapa negara semakin berkurang, meskipun tidak tanpa perlawanan dari mereka yang terbiasa dengan keunikan dan monopoli mereka dalam urusan global."

"Rusia dan Afrika bersatu oleh keinginan luhur untuk mempertahankan kedaulatan sejati dan hak untuk jalur pembangunan mereka sendiri di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan bidang lainnya," kata Putin.

Dia mengatakan Rusia berencana memperluas perdagangan dan hubungan ekonomi dengan Afrika dan terus berusaha untuk meringankan beban utang mereka dengan menghapuskan $90 juta dari utang mereka.

Putin mencatat Moskow juga siap untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan negara-negara Afrika dengan membantu melatih militer mereka dan memperluas pasokan peralatan militer, beberapa di antaranya tanpa biaya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : TASS / Associated Presss


TERBARU