Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un Bertemu Menhan Rusia Bahas Kerja Sama Militer
Kompas dunia | 27 Juli 2023, 21:20 WIBBaca Juga: Korea Utara Luncurkan 2 Rudal Balistik ke Laut saat Kapal Selam Nuklir AS Sandar di Korea Selatan
Beberapa pakar mengatakan Korea Utara melihat konfrontasi AS dengan China dan Rusia terkait pengaruh regional dan perang di Ukraina sebagai peluang untuk keluar dari isolasi diplomatik dan ikut campur dalam barisan bersatu melawan Washington.
Baik Moskow maupun Beijing menggagalkan upaya AS untuk memperkuat sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Korea Utara atas rangkaian uji coba rudalnya sejak tahun 2022.
Terakhir kali Korea Utara mengundang delegasi pemerintah asing untuk parade militer adalah pada Februari 2018, ketika acara tersebut dilakukan dengan sederhana dan tidak termasuk ICBM (rudal balistik antarbenua) milik Korea Utara.
Ketika itu, Korea Utara sedang memulai diplomasi dengan Seoul dan Washington saat Kim mencoba memanfaatkan program nuklirnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang sangat dibutuhkan.
Upaya tersebut mengarah pada pertemuan puncak antara Kim dan Presiden AS saat itu, Donald Trump, bulan Juni tahun itu, tetapi diplomasi tersebut gagal setelah pertemuan kedua mereka pada Februari 2019, ketika pihak Amerika menolak permintaan Korea Utara untuk memberikan keringanan sanksi utama sebagai imbalan atas penyerahan sebagian dari kemampuan nuklir mereka.
Sejak itu, Kim meningkatkan pengembangan senjata nuklir yang ia anggap sebagai jaminan kelangsungan hidupnya sambil mengecam sanksi dan tekanan AS yang seperti "perilaku gangster."
Delegasi Beijing yang berkunjung ke Korea Utara dipimpin oleh pejabat tingkat menengah, Li Hongzhong, anggota politbiro Partai Komunis China yang berkuasa.
Kim bertemu dengan Li selama konser peringatan yang dimulai tengah malam dan menerima surat dari Presiden China Xi Jinping, menurut KCNA. Selama resepsi terpisah yang diadakan oleh pejabat senior Korea Utara, Li mengatakan dalam pidatonya bahwa China siap mempromosikan "pengembangan hubungan yang baik dan stabil" dengan Korea Utara.
Baca Juga: AS Kirim Kapal Selam Bersenjata Nuklir ke Korea Selatan, Unjuk Kekuatan ke Korea Utara
Para analis mengatakan Kim berada di tengah panggung bersama Shoigu dan Li dalam parade militer akan menjadi prestasi kunci yang dapat ditunjukkan kepada audiens dalam negeri dan juga pernyataan keteguhan hati terhadap Amerika Serikat.
Pada hari Rabu, Shoigu juga melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Korea Utara Kang Sun Nam, yang bertujuan untuk "memperkuat kerja sama antara departemen pertahanan kita," menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
KCNA melaporkan Kang saat mengadakan resepsi untuk Shoigu menyatakan dukungan untuk "perjuangan yang adil dari tentara Rusia" untuk membela kedaulatan dan keamanan negaranya, dalam referensi yang tampaknya terkait perang Rusia di Ukraina.
Kantor berita itu juga mengatakan Shoigu dalam acara tersebut memuji Tentara Rakyat Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim, dengan mengatakan tentara Korea Utara "telah menjadi tentara terkuat di dunia." Laporan media Rusia tidak memasukkan komentar tersebut.
Perang Korea dipicu serangan mengejutkan Korea Utara ke Korea Selatan pada Juni 1950. Korea Utara mendapatkan dukungan dari pasukan China dan Angkatan Udara Uni Soviet saat Korea Selatan, Amerika Serikat, dan pasukan dari berbagai negara di bawah pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertempur untuk mengusir invasi tersebut.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memperingati hari jadi gencatan senjata dengan mengunjungi pemakaman di kota pelabuhan Busan yang menghormati pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang gugur selama perang.
"Republik Korea saat ini berdiri atas pengorbanan, dedikasi, dan seragam berlumuran darah tentara PBB," ujar Yoon dalam pidatonya, merujuk pada nama resmi Korea Selatan.
Di hadapan ancaman yang semakin meningkat dari Korea Utara, Yoon telah mendorong untuk memperluas latihan militer Korea Selatan dengan Amerika Serikat dan mencari jaminan lebih kuat dari AS bahwa negara tersebut akan dengan cepat dan tegas menggunakan kemampuan nuklirnya untuk membela Korea Selatan dalam kasus serangan nuklir.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press / KCNA