> >

Kisah Raja Inggris yang Turun Takhta karena Nikahi Perempuan Rakyat Jelata

Kompas dunia | 9 Mei 2023, 07:35 WIB
Raja Edward dan istri. (Sumber:The Telegraph -)

Baca Juga: Mewahnya Jubah Penobatan Raja Inggris Charles III, Berusia Ratusan Tahun, Terbuat dari Benang Emas

Dalam secarik kertas,  dia pernah mengirimkan surat buat calon istrinya, "Sayangku, bagiku, hidup bersamamu lebih indah daripada memiliki mahkota, tongkat, dan takhta kerajaan."

Sebagai sahabat, Monckton mengatakan kepada Edward bahwa situasinya memang rumit. Sebab, izin pernikahannya harus mendapat persetujuan dari kabinet dan Parlemen dan sebelas koloni Inggris.

Sebagai langkah terakhir, Perdana Menteri memberikan tiga pilihan kepada raja: membatalkan perkawinan, tetap kawin tanpa persetujuan para menteri, atau mengundurkan diri sebagai raja. "Percayalah pada saya, Paduka Yang Mulia, bahwa saya sendiri dan juga kabinet sungguh-sungguh mengharapkan Paduka Yang Mulia tetap menjadi raja kami," ujar sang Perdana Menteri.

Tetapi Edward bergeming, bahkan membuat keputusan yang sangat mangegetkan. "Tuan Baldwin, di atas takhta atau tidak, saya akan kawin; dan apabila hal ini dianggap menyusahkan, saya akan mengundurkan diri," tegas sang raja, yang memang dikenal hobi bermain perempuan itu.

Keputusan lengser itu benar-benar terjadi pada 11 Desember 1936. Setahun kemudian pada 3 Mei 1937, Walis mendapatkan surat cerai resmi dari suaminya. Kini dia benar-benar bisa merencanakan pernikahan tanpa hambatan.

Kabar itu dia sampaikan kepada Edward yang menyambutnya untuk segera berkemas meninggalkan Inggris menuju Prancis menggunakan Kereta Orient Express yang pertama di sore hari. 

Edward tiba lebih dulu di Kota Cannes tanpa topi dan wajahnya terlihat lebih kurus. Untuk Walis dibawanya dua bingkisan, satu pakaian khas petani Austria berwarna cerah dan beberapa bunga Edelweiss yang dipetik sendiri di gunung.

Saat hari pernikahan akan dilangsungkan, tak ada keluarga yang datang. George, adik Edward, awalnya akan datang, namun dilarang pemerintah Inggris. Para uskup gereja Anglikan melarang anak buahnya memberikan pemberkatan perkawinan, kecuali seorang pastur bernama Anderson Jardine yang tetap memberikan pemberkatan.

Tekad Anderson datang saat dia membaca sebuah artikel tentang perkawinan Duke of Windsor, namun tidak ada upacara keagamaan. Ketika tiba di rumah seorang ibu tua tempat dia biasa mempersiapkan khotbah, Anderson kemudian berlutut dan berdoa sepenuh hati.

"Saya bangun dan mempunyai keyakinan yang begitu kuat: Inilah orang yang sedang membutuhkan sesuatu, saya akan memberinya," kata Pastur Anderson.

Pada 3 Juni 1937, pernikahan sederhana digelar tanpa kemeriahan. Pernikahan seorang raja dari kerajaan besar yang rela turun takhta demi perempuan pujaan hatinya. "Baginya, sifat suci perkawinan itu adalah bagian dari apa yang diimaninya," kata Pastur Anderson.

 

 

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU