> >

Kemunculan Mata Uang Baru Ini Disebut akan Menjadi Ancaman bagi Dollar AS

Kompas dunia | 26 April 2023, 16:25 WIB
De-dollarisasi bisa menjadi kenyataan karena alternatif mata uang BRICS punya prospek keberhasilan yang tinggi, kata seorang mantan penasihat Gedung Putih, Joseph Sullivan, seperti dilaporkan Foreign Policy, Senin, (24/4/2023) (Sumber: Sky News)

Sullivan melanjutkan: "Karena serikat mata uang BRICS - berbeda dari yang pernah ada sebelumnya - tidak akan berada di antara negara-negara yang bersatu oleh batas wilayah bersama, anggotanya kemungkinan besar dapat menghasilkan berbagai macam barang lebih dari serikat mata uang yang ada saat ini."

Negara-negara non-anggota juga akan memiliki alasan untuk menggunakan mata uang BRICS karena ekonomi masing-masing anggota cukup besar di wilayah mereka masing-masing sehingga membuat mereka menjadi mitra yang dicari, kata Sullivan.

"Mata uang BRICS juga berpotensi mencapai tingkat swasembada dalam perdagangan internasional yang belum tercapai oleh serikat mata uang negara-negara lain di dunia," katanya.

Baca Juga: Menlu Rusia Klaim Belasan Negara Tertarik Gabung BRICS, Impian Moskow Saingi G7 Terwujud?

Mata uang Dollar AS dengan mata pemimpin China Mao Zedong. Negara anggota BRICS yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, diproyeksi segera menyalip negara-negara G7 yang dipimpin oleh Amerika Serikat dalam pertumbuhan ekonomi. Data IMF mengatakan, negara BRICS akan memberikan kontribusi 32,1 persen pertumbuhan ekonomi global, dibandingkan dengan 29,9 persen milik G7. (Sumber: The Cradle/William Potter)

Negara-negara non-anggota juga akan memiliki alasan untuk menggunakan mata uang BRICS karena ekonomi masing-masing anggota cukup besar di wilayah mereka masing-masing, sehingga membuat mereka menjadi mitra yang dicari, kata Sullivan.

Selain merusak dominasi dolar dalam perdagangan, mata uang BRICS dapat melemahkan status dolar sebagai mata uang cadangan.

Pemerintah BRICS dapat mendorong dalam negeri dan perusahaan mereka sendiri untuk membeli aset dalam mata uang baru tersebut dengan tabungan mereka dan "secara efektif memaksa dan mensubsidi pasar agar terbentuk," tambahnya.

Sullivan juga mencatat bahwa ini bukan berarti akhir dari penguasaan dolar - yang masih mencakup 84,3% transaksi lintas batas - tetapi mungkin akan berkontribusi pada rezim multipolar.

Sebenarnya, penurunan kekuatan dolar dalam beberapa hal bisa menjadi hal yang baik, tulisnya. Saat ini, harga dolar yang tinggi membuat AS kehilangan lapangan kerja dan menurunkan ekspor.

"Bagaimanapun juga, penguasaan dolar tidak mungkin berakhir dalam semalam - tetapi mata uang BRICS akan memulai erosi yang lambat terhadap dominasinya," katanya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Foreign Policy/Business Insider


TERBARU