> >

Zona Waktu Lebanon Terbelah Dua, Masyarakat Bingung Massal

Kompas dunia | 26 Maret 2023, 20:13 WIB
Arsip. Seorang anak laki-laki Suriah yang mengungsi memegang seekor ayam, saat duduk di luar tenda keluarganya, di sebuah kamp pengungsi di Bar Elias, Lembah Bekaa, Lebanon, Jumat, 5 Maret 2021. Kebijakan mendadak pemerintah Lebanon menunda waktu musim panas (WMP) atau daylight saving time, pemajuan waktu jarum jam di negara itu menimbulkan kebingunan massal, Minggu (26/3/2023).  (Sumber: AP Photo/Hussein Malla)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Kebijakan mendadak pemerintah Lebanon menunda waktu musim panas (WMP) atau daylight saving time, pemajuan waktu jarum jam di negara itu menimbulkan kebingunan massal, Minggu (26/3/2023). Pasalnya, tak semua institusi mau menuruti kebijakan pemerintah.

Lebanon sendiri umumnya menetapkan pemajuan jarum jam musim panas pada bulan Maret, sesuai dengan kebanyakan negara Eropa. Namun, pada Kamis (23/3) lalu, Perdana Menteri interim Najib Mikati menetapkan dimulainya WMP pada 21 April mendatang.

Pemerintah Lebanon tidak menyampaikan alasan resmi mengenai kebijakan tersebut. Namun, bocoran video rapat antara Mikati dan parlemen menunjukkan pemerintah berniat memundurkan WMP agar umat Muslim bisa berbuka puasa lebih cepat selama bulan Ramadan yang berlangsung Maret-April 2023.

Baca Juga: Krisis Lebanon Buat Nasabah Rampok Bank demi Dapatkan Simpanannya, Pemerintah Disebut Tak Bergerak

Kebijakan itu pun menimbulkan debat politis yang bernuansa sektarian. Banyak lembaga dan politikus Kristen menolak kebijakan pemerintah. Perbedaan zona waktu aktual di Lebanon sekarang pun kerap dibercandakan dengan sebutan waktu Lebanon bagian Muslim dan waktu Lebanon bagian Kristen.

Di masyarakat, perbedaan waktu ini menimbulkan kebingungan sendiri. Banyak pihak yang mesti menaati jadwal yang ditetapkan atas dasar dua zona waktu berbeda di negara yang luasnya hampir sama dengan Provinsi Banten tersebut.

Haruka Naito, seorang pekerja NGO yang tinggal di Beirut, merasa bingung usai pemerintah memundurkan dimulainya WMP. Besok Senin (27/3), ia mesti mengikuti dua agenda yang digelar bersamaan gara-gara perbedaan zona waktu.

"Saya ada janji pukul 08.00 pagi dan kelas pukul 09.00, yang mana kini akan digelar bersamaan," kata Haruka dikutip The Guardian.

Agenda Haruka Naito pukul 08.00 menyesuaikan jam pemerintah, sedangkan kelas bahasa Arab-nya yang dimulai pukul 09.00 mengikuti pemajuan WMP. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui bagaimana Haruka Naito akan menetapi dua agenda tersebut.

Di lain sisi, berbagai kalangan menganggap kontroversi zona waktu ini sebagai distraksi atas krisis ekonomi dan politik yang melanda Lebanon. Negara ini tengah dilanda krisis finansial parah yang dapat berujung hiperinflasi dalam waktu dekat.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : The Guardian


TERBARU