> >

Kronologi Pembantaian 22 Orang di Biara Myanmar, Junta Militer dan Kubu Pemberontak Saling Tuding

Kompas dunia | 17 Maret 2023, 22:28 WIB
Seorang dokter melaporkan setidaknya 22 orang, termasuk tiga biksu Buddha, ditembak mati di Myanmar tengah pekan lalu, dianggap pembantaian sipil oleh militer (Sumber: AP Photo/ABC)

YANGON, KOMPAS.TV - Setidaknya 22 orang, termasuk tiga biksu Buddha, ditembak mati di Myanmar tengah pekan lalu. Penembakan yang dilaporkan seorang dokter ini dianggap sebagai pembantaian warga sipil oleh militer, seperti laporan Straits Times, Jumat (17/3/2023).

Seorang juru bicara junta militer Myanmar mengatakan pasukan mereka terlibat dalam bentrokan dengan pejuang pemberontak di daerah Pinlaung di negara bagian Shan selatan tetapi tidak membahayakan warga sipil.

Juru bicara junta, Zaw Min Tun dalam sebuah pernyataan mengatakan Pasukan Pertahanan Kenegaraan Karenni (KNDF) dan kelompok pemberontak lainnya masuk ke Desa Nan Neint setelah pasukan pemerintah tiba untuk memberikan keamanan dengan milisi rakyat setempat.

“Ketika kelompok teroris membuka tembakan secara kejam, beberapa warga desa terbunuh dan terluka,” katanya.

Hal itu dibantah mentah-mentah oleh kubu pemberontak. Seorang juru bicara KNDF mengatakan prajuritnya masuk ke Nan Neint pada 12 Maret dan menemukan mayat bergelimpangan di sebuah biara Buddha.

Kedua belah pihak sepakat terjadi pertempuran di daerah itu tetapi muncul dua narasi berbeda dalam penjelasan setelah pembunuhan di biara.

“Militer Burma membunuh tiga biksu dan 19 warga sipil pada 11 Maret,” kata juru bicara KNDF Philip Soe Aung kepada CNN. “Pasukan kami tiba di biara pada 12 Maret dan melihat mayat-mayat tersebut.”

Baca Juga: Militer Myanmar Kembali Bantai Sipil, Pemberontak: Warga Desa Diperkosa, Disiksa, Dipenggal

Pertempuran sengit terjadi antara kelompok pemberontak lokal dan militer Myanmar di daerah dekat Desa Nan Neint minggu lalu.

Pertempuran itu memuncak saat militer melepaskan tembakan dan melakukan serangan udara langsung ke desa hingga memaksa warga sipil mencari perlindungan di biara terdekat, kata Soe Aung.

Menggambarkan kebrutalan itu, Soe Aung mengatakan, “Warga sipil dan biksu-biksu itu disiksa dan dieksekusi mati oleh militer Burma.”

“Biksu-biksu itu tidak ingin meninggalkan biaranya, sehingga warga sipil dan biksu-biksu tinggal bersama di sana,” katanya.

Karena mayat ditemukan bergelimpangan di depan biara, Soe Aung mengatakan mereka dibunuh “pasukan penembak jitu.”

Para korban semuanya tidak bersenjata dan banyak dari mayat menunjukkan tanda-tanda “siksaan dan pukulan” dengan “luka tembak yang berkelanjutan di kepala,” tambahnya seperti yang dilaporkan oleh CNN, Jumat (17/3/2023).

Juru bicara junta Myanmar Mayor Jenderal Zaw Min Tun menyangkal tuduhan militer bertanggung jawab atas pembunuhan massal di biara.

Baca Juga: Waduh, Junta Militer Myanmar Berencana Izinkan Warga Sipil Bawa Senjata Api

Dalam komentar yang dimuat oleh surat kabar milik negara Global Light of Myanmar pada Selasa, dia menyalahkan "kelompok teroris" atas kekerasan di biara tersebut, dengan menyebut Karen National Police Force (KNPF), People's Defence Force (PDF), dan Karenni National Progressive Party (KNPP), sebuah unit administrasi yang menyatukan kelompok etnis di negara bagian tersebut.

Zaw Min Tun mengeklaim para pejuang menembak setelah "Tatmadaw (bekerja sama) dengan milisi rakyat setempat dan mengambil tindakan keamanan untuk wilayah tersebut."

"Ketika kelompok teroris membuka tembakannya, beberapa warga desa terbunuh dan terluka. (Yang lain) melarikan diri," katanya.

Serangan udara militer Myanmar membunuh lebih dari 60 orang, kata pemberontak Kachin.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Straits Times/CNN


TERBARU