> >

Dua Anaknya Kena Sanksi Uni Eropa, Kadyrov Malah Bangga: Putri-Putri Kecilku, Barat Takut Padamu

Krisis rusia ukraina | 17 Desember 2022, 13:34 WIB
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengaku bangga karena anak perempuannya terkena sanksi Uni Eropa. (Sumber: AP Photo)

GROZNY, KOMPAS.TV - Ramzan Kadyrov, pemimpin Republik Chechnya, salah satu subjek federal Rusia, mengaku bangga karena anak perempuannya terkena sanksi Uni Eropa. Kadyrov menyebut sanksi Barat justru memperkuat ikatan keluarganya.

Sebelumnya, pada Jumat (16/12/2022) lalu, Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada 141 individu dan 49 entitas legal asal Rusia. Di antara sasaran sanksi adalah dua anak perempuan Kadyrov, Aishat dan Karina, serta keponakannya.

"Kalian adalah putri-putri kecilku, tetapi seluruh Barat takut padamu. Aku sangat bangga padamu, sayang. Selamat datang di daftar hitam sanksi UE," kata Kadyrov melalui kanal Telegram-nya, Jumat (16/12/2022), seperti dikutip TASS.

Baca Juga: Kadyrov Dapat Hadiah dari Putin, Pemimpin Chechnya Jadi Kolonel Jenderal Rusia

Kadyrov sendiri telah lama dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat. Sebagian di antaranya diberlakukan usai Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu.

Bahkan, pada Oktober lalu, Buku Rekor Rusia menganugerahkan rekor orang yang paling banyak terkena sanksi sedunia kepada Kadyrov yang mendapat 15 sanksi.

Ramzan Kadyrov merupakan politikus kontroversial yang menjadi sekutu politik Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia vokal mendukung invasi Rusia ke Ukraina sejak awal.

Pada Oktober lalu, Kadyrov bahkan mengeklaim telah mengirim tiga putranya yang masih remaja ke front pertempuran di Ukraina. Ia mengeklaim telah melatih anaknya bertempur sejak kecil.

Pada Jumat (16/12) lalu, selain dua putri dan keponakan Kadyrov, Uni Eropa juga mengumumkan sanksi terhadap menteri, gubernur, anggota parlemen, selebritas, serta partai politik Rusia.

Baca Juga: AS Siap Kirim Rudal Patriot ke Ukraina, Pertahanan Kiev Makin Canggih Hadapi Rusia

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/TASS


TERBARU