> >

Sengitnya Perundingan KTT G20 Susun Pernyataan Bersama Para Pemimpin, Ukraina jadi Penghalang

Kompas dunia | 15 November 2022, 11:01 WIB
Menlu Rusia Sergey Lavrov bersalaman dengan Presiden Jokowi saat tiba untuk acara puncak KTT G20 (15/11/2022). Presiden AS Joe Biden ngotot akan berupaya mengucilkan Rusia akibat serangannya ke Ukraina, dan akan membujuk negara-negara ekonomi terbesar di dunia untuk melakukan hal sama. (Sumber: Tangkapan Layar YouTube Kompas TV/Dina Karina )

NUSA DUA, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat Joe Biden ngotot akan berupaya mengucilkan Rusia akibat serangannya ke Ukraina, dan akan membujuk negara-negara ekonomi terbesar di dunia untuk melakukan hal yang sama, seperti laporan Associated Press, Selasa, (15/11/2022).

Penolakan Moskow untuk menggambarkan serangan pasukan Rusia ke Ukraina sebagai perang adalah poin paling sengit dalam musyawarah dan diplomasi untuk mendapatkan komunike atau pernyataan bersama dari KTT para pemimpin G20 minggu ini.

Seperti laporan Straits Times, perundingan sengit itu berpotensi mengadu domba Rusia, China dan beberapa negara pasar berkembang di satu sisi dan sebagian besar negara anggota lainnya di sisi lain.

Rusia bersikeras menyebut serangannya ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus" dan menjadikannya tindak pidana di dalam negeri untuk menggambarkannya sebagai perang.

Salah satu skenario yang mungkin dalam perundingan sengit dan alot tentang penyusunan komunike atau pernyataan bersama para pemimpin G20 adalah apa yang disebut komunike terpisah di mana negara-negara terpisah menjadi kelompok-kelompok, tergantung pada sikap mereka terhadap masalah tertentu, menurut para diplomat yang mengetahui negosiasi tersebut.

Kemungkinan lain adalah pernyataan 19+1 (di mana sebagian besar G20 ditandatangani dan Rusia mengeluarkan pernyataan yang berbeda pendapat), atau kemungkinan lainnya berupa ringkasan atau risalah diskusi yang dibuat oleh tuan rumah KTT G20, Indonesia.

Rusia mungkin setuju dengan kata-kata yang mengacu pada konflik secara umum tanpa spesifik menyebutkan Ukraina, kata seseorang yang akrab dengan diskusi tersebut, tetapi itu mungkin tidak memuaskan AS dan negara sekutunya. Namun hal itu bisa saja berakhir dengan apa yang oleh seorang pejabat disebut kompromi.

Tetapi beberapa negara mungkin juga akhirnya memilih abstain saja. China adalah kuncinya.

Baca Juga: Buka KTT G20, Jokowi Diapit Dua Perempuan yang Berperan Besar Sukseskan Presidensi Indonesia

Presiden Jokowi diapit Menlu Retno Marsudi dan Menkeu Sri Mulyani saat menbuka acara puncak KTT G20 di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali (15/11/2022). (Sumber: Tangkapan Layar YouTube Kompas TV/Dina Karina )

Terlepas dari kendala, tuan rumah Indonesia berusaha keras untuk memfasilitasi tercapainya kesepakatan. Beberapa menunjuk fakta bahwa negosiator, yang dikenal sebagai sherpa, setuju untuk terus berbicara sebagai alasan untuk optimis.

Banyak negara menyadari implikasinya jika komunike tidak dapat disepakati, kata mereka, terutama dengan G20 yang dilanda ketegangan lain, termasuk antara AS dan China.

Dalam pertemuan hari Selasa di KTT G20 di Indonesia, pemimpin Amerika Serikat akan melanjutkan tekanan global dengan mendesak negara-negara untuk menentang Rusia dan membela kedaulatan Ukraina baik secara simbolis maupun substantif.

Upaya itu dilakukan karena inflasi global dan ekonomi yang melambat akibat tekanan negara-negara yang menjatuhkan hukuman kepada Rusia atas perang sembilan bulan sehingga membuat harga pangan dan energi melonjak.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Associated Press/Straits Times


TERBARU