> >

Maarif Institute Apresiasi Langkah Australia yang Tak Akui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel

Kompas dunia | 21 Oktober 2022, 04:40 WIB
Kota Yerusalem, ibu kota suci tiga agama yang diperebutkan Palestina dan Israel. (Sumber: Thinkstock)

Israel telah menciptakan sebuah sejarah gelap selama abad ke-20 hingga awal abad ke-21 sekarang ini. Penderitaan rakyat Palestina akibat kekejaman Israel sudah berlangsung sejak tahun 1948. 

Yang menyedihkan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan suara dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) hingga hari ini belum memiliki keseriusan untuk menghentikan penjajahan Israel terhadap Palestina. 

Di sisi lain, Israel tidak mengindahkan perjanjian damai dan juga resolusi dari PBB. Belum lagi, negara-negara Arab yang melingkari Israel telah lama lumpuh menghadapi kekuatan Zionisme global ini.

Baca Juga: Heboh Mossad Israel Beroperasi di Kuala Lumpur, Culik Warga Palestina Gunakan Warga Malaysia

Menurut Shofan, dimensi global dari masalah konflik ini telah dirasakan sejak lama, tetapi solusi hingga sekarang belum tercapai. 

Badan hak asasi PBB harus segera menyelidiki semua dugaan pelanggaran dan pelanggaran hukum internasional terkait dengan ketegangan, yang memicu kekerasan baru. 

Hal yang tak kalah pentingnya, menurut Shofan, adalah pentingnya aliansi global melawan ketidakadilan politik terhadap Palestina dan menuntut konsistensi negara-negara Barat dalam menegakkan hak asasi manusia (HAM) tanpa pandang bulu. 

Kebijakan Australia ini dapat lebih merekatkan kerja sama strategis dengan Indonesia yang konsisten menyuarakan solusi damai dan kemerdekaan Palestina.

Terlebih, Indonesia telah lama menjalin hubungan diplomasi dengan Palestina. Sejarah mencatat bahwa salah satu negara di Timur Tengah yang mendukung dan memberikan pengakuannya kepada Indonesia pasca-proklamasi adalah Palestina.

Baca Juga: Israel Bayar Kompensasi Kakek Palestina yang Tewas saat Ditahan demi Tak Dibawa ke Pengadilan

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU