> >

Dunia Bising soal Senjata Nuklir Taktis, Senjata Model Apa Itu? Ini Penjelasannya

Krisis rusia ukraina | 13 Oktober 2022, 21:05 WIB
Rudal balistik jarak pendek 9K720 Iskander Rusia yang oleh AS disebut SS-26 Stone dan dapat dipasang hulu ledak atau senjata nuklir taktis. (Sumber: Vitaly Kuzmin/Wikipedia)

SEOUL, KOMPAS.TV - Dari perang di Ukraina hingga uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini, senjata nuklir taktis sedang bising diperdebatkan dan dikembangkan dengan sunyi dan tidak terlihat sejak Perang Dingin.

Seperti laporan Straits Times, Kamis (13/10/2022), belum ada definisi universal tentang senjata nuklir taktis.

Para analis mencatat penggunaan perangkat nuklir jenis apa pun akan mematahkan "tabu nuklir" yang berlaku sejak Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di Jepang tahun 1945.

Berikut adalah karakteristik senjata nuklir taktis dan mengapa mereka menarik begitu banyak perhatian.

Baca Juga: Biden Peringatkan Putin Bisa Sebabkan Kiamat, Bakal Terjadi jika Senjata Nuklir Digunakan di Ukraina

Peluru kendali jelajah 3M-54E1 Kalibr yang bisa dipasang hulu ledak nuklir taktis. (Sumber: Allocer/Wikipedia)

Apa itu senjata nuklir taktis?

Senjata nuklir taktis sering dicirikan oleh ukurannya, jangkauannya, atau penggunaannya untuk target militer terbatas.

Mereka sering disebut sebagai "senjata non-strategis", berbeda dengan senjata strategis, yang didefinisikan militer AS dirancang untuk menargetkan "kemampuan perang musuh dan niat untuk berperang," termasuk manufaktur, infrastruktur, transportasi, sistem komunikasi, dan target lainnya.

Senjata taktis, sebaliknya, dirancang untuk mencapai tujuan militer yang lebih terbatas dan langsung yang membantu memenangkan pertempuran.

Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan senjata dengan "ledakan nuklir" yang lebih rendah, atau jumlah daya yang dilepaskan selama ledakan.

Senjata nuklir taktis biasanya berkali-kali lebih besar dari bom konvensional, menyebabkan kejatuhan radioaktif dan efek mematikan lainnya di luar ledakan itu sendiri, dan tidak ada ukuran yang disepakati yang bisa mendefinisikan senjata nuklir taktis.

Senjata nuklir taktis sering dipasang sebagai rudal, bom yang dijatuhkan dari udara, atau bahkan peluru artileri yang memiliki jangkauan yang relatif pendek, jauh lebih kecil daripada rudal balistik antarbenua ICBM besar yang dirancang untuk menempuh jarak ribuan kilometer dan menyerang target melintasi lautan.

Namun, banyak dari sistem pengiriman ini juga dapat mengirimkan senjata nuklir strategis.

Baca Juga: Abaikan Ancaman Putin, NATO Tetap Gelar Latihan Pasukan Nuklir

Kendaraan Luncur Hipersonik (HGV) Avangard Rusia yang bisa membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan meluncur dengan kecepatan Mach 20 -27, atau sekitar 20 kali kecepatan suara serta mampu bermanuver saat terbang. (Sumber: Aerosociety)

Siapa yang memiliki Senjata Nuklir Taktis?

Banyak kekuatan nuklir dunia punya senjata yang dianggap berdaya ledak nuklir rendah atau dimaksudkan untuk digunakan di medan perang (battlefield).

Menurut laporan oleh US Congressional Research Service CRS bulan Maret, AS memiliki sekitar 230 senjata nuklir non-strategis, termasuk sekitar 100 bom B61 yang dikerahkan dengan pesawat di Eropa.

Pada tahun 2018, pemerintahan Trump mengumumkan rencana pembuatan hulu ledak nuklir berkekuatan rendah baru untuk rudal balistik yang diluncurkan kapal selam SLBM, dan rudal jelajah hulu ledak nuklir non-strategis.

Rusia punya 1.000 hingga 2.000 hulu ledak untuk senjata nuklir non-strategis di gudang senjatanya, kata laporan CRS.

Korea Utara mengatakan pekan ini bahwa serangkaian uji coba misilnya baru-baru ini dirancang untuk simulasi menghujani Korea Selatan dengan senjata nuklir taktis.

Para ahli percaya jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklir, itu bisa mencakup pengembangan hulu ledak yang lebih kecil yang dimaksudkan untuk digunakan di medan perang.

Baca Juga: Rusia Tertawakan Ketakutan AS yang Samakan Ancaman Nuklir di Ukraina dengan Krisis Rudal Kuba 1962

Apakah senjata nuklir taktis akan digunakan?

Presiden Vladimir Putin, yang menguasai kekuatan nuklir terbesar di dunia, berulang kali memperingatkan Barat bahwa setiap serangan terhadap Rusia dapat memicu respons nuklir.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Rabu, dia meragukan bahwa Putin akan menggunakan senjata nuklir, dan para analis mengatakan senjata taktis dapat membatasi penggunaan militer di medan perang yang luas dan tersebar di Ukraina.

Sebelumnya Biden mencatat penggunaan senjata nuklir kecil pun bisa lepas kendali.

"Saya pikir tidak ada itu kemampuan untuk dengan mudah (menggunakan) senjata nuklir taktis namun tidak berakhir dengan perang besar," katanya pekan lalu.

Pengejaran senjata oleh Korea Utara, sementara itu, dapat mewakili perubahan berbahaya dalam cara Korea Utara menyebarkan dan berencana menggunakan senjata nuklir, kata para analis.

Hal ini juga telah memicu perdebatan baru di Korea Selatan mengenai pengerahan kembali senjata nuklir taktis Amerika, yang ditarik dari semenanjung pada 1990-an, atau mengejar program nuklirnya sendiri.

Korea Utara mengatakan senjata nuklirnya murni untuk pertahanan diri.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU