> >

Kanselir Jerman Pergi ke Beijing lalu Bawa Delegasi Bisnis ke Vietnam sebelum ke KTT G20

Kompas dunia | 11 Oktober 2022, 16:48 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz berencana melawat ke China sekitar 3-4 November, dan membawa delegasi besar sektor bisnis ke Vietnam dan Singapura sebelum hadir di KTT G20 di Bali pertengahan November. (Sumber: Straits Times)

Pergeseran kebijakan dan nada Jerman membuatnya lebih sejalan dengan AS dan sekutu lainnya, yang meningkatkan persepsi kekhawatiran China di bawah Xi.

Uni Eropa mempermasalahkan catatan hak asasi manusia China di Hong Kong dan Xinjiang serta tindakannya di Taiwan dan Laut China Selatan.

Scholz menggunakan pidato pertamanya sebagai Kanselir di PBB bulan lalu untuk mengecam catatan hak asasi manusia China dan meminta Beijing untuk menerapkan rekomendasi dari laporan terbaru tentang perlakuan terhadap warga Uighur di Xinjiang oleh mantan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia, yang menuduh China pelanggaran hak "serius" di sana.

Baca Juga: Kanselir Jerman Tuding Rusia Lakukan Pemerasan karena Tutup Aliran Gas ke Jerman, Putin Bantah Keras

 

Sementara baru-baru ini berbagai perusahaan Eropa mengatakan mereka menjadi lebih berhati-hati pada rencana investasi di China karena kebijakan Nol Covid-19 dan faktor-faktor lain, perusahaan-perusahaan besar Jerman masih meningkatkan investasi mereka yang sebelumnya sudah substansial di China.

Investasi dari Uni Eropa ke China naik 15 persen pada paruh pertama tahun 2022 dibandingkan dengan tahun lalu, menurut data dari Rhodium Group.

Hal itu dibantu oleh tindakan BMG AG membeli saham pengendali usaha patungan pembuatan mobilnya pada kuartal pertama tahun ini dan juga membuka perluasan pabrik senilai miliaran dolar awal tahun ini di Shenyang.

Audi sedang membangun pabrik kendaraan listrik pertamanya di China, dan Airbus SE memperkuat posisinya di pasar China berkat jalur perakitan akhir lokal yang membantu Airbus mencetak pesanan senilai lebih dari US$37 miliar awal tahun ini.

Bulan lalu, produsen kimia Jerman BASF SE membuka tahap pertama pabrik barunya di negara tersebut.

Pabrik tersebut direncanakan menjadi salah satu investasi asing terbesar yang pernah ada di China dan investasi terbesar oleh BASF, yang berencana menghabiskan hingga 10 miliar Euro pada tahun 2030, menurut sebuah pernyataan perusahaan.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU