> >

Wafatnya Ratu Elizabeth, Penanda Sunyi Surutnya Generasi Perang Dunia II dalam Senja Kala Sejarah

Kompas dunia | 17 September 2022, 06:05 WIB
Putri Elizabeth dari Inggris, saat bertugas jadi tentara 3 Agustus 1945. Perpisahan Ratu Elizabeth II adalah pengingat akan kenyataan sunyi di seluruh Inggris: Bangsa yang mengucapkan selamat tinggal kepada pria dan wanita yang berperang selama Perang Dunia II. (Sumber: AP Photo)

LONDON, KOMPAS.TV — Perpisahan Ratu Elizabeth II adalah pengingat akan kenyataan sunyi di seluruh Inggris: bangsa Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada pria dan wanita yang berperang di negara itu selama Perang Dunia II.

Sang ratu, yang menjabat sebagai mekanik dan sopir truk pada bulan-bulan terakhir perang, adalah penghubung nyata dengan para pelaut, tentara, penerbang, marinir, dan lainnya yang mendaftar untuk melakukan peran bagian mereka dalam Perang Dunia II yang menewaskan 384.000 personel dan 70.000 warga sipil Inggris.

Tetapi seperti ratu, bahkan veteran perang termuda sekarang mendekati ulang tahun ke-100 mereka, dan aliran obituari makin sering muncul mengisahkan sebuah generasi yang menghilang ke senjakala sejarah.

"Sungguh luar biasa bagaimana perasaan berjalannya sang waktu, terasa sangat tajam saat ini," kata Charles Byrne, direktur jenderal Royal British Legion, badan amal angkatan bersenjata terbesar di negara itu.

"Ratu adalah personifikasi dari generasi itu... dan dengan kepergiannya, itu hanya menegaskan bahwa pulang waktu bergerak tanpa henti dan jeda, waktu tidak pernah menunggu siapapun."

Kehilangan itu, mungkin, dirasakan lebih luas di Inggris daripada negara seperti Amerika Serikat (AS), karena keberadaan Inggris sendiri terancam selama perang.

Bom jatuh di kota-kota dari London ke Belfast, perempuan masuk wajib militer untuk membantu perang, dan penjatahan masa perang baru berakhir tahun 1954.

Elizabeth II, yang terkenal menyimpan kupon jatah untuk membuat gaun pengantinnya pada tahun 1947, memimpin upacara peringatan untuk semua personel negara yang gugur pada peringatan berakhirnya Perang Dunia I.

Baca Juga: Demi Hormati Ratu Elizabeth II, Banyak Pelayat Lanjut Usia Alami Dehidrasi dan Terjatuh saat Antre

Perpisahan Ratu Elizabeth II adalah pengingat akan kenyataan sunyi di seluruh Inggris: bangsa Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada pria dan wanita yang berperang di negara itu selama Perang Dunia II. (Sumber: AP Photo)

"Dia adalah lambang dari rasa melayani dan sumbangsih yang penuh ketabahan," kata Byrne, "Dan itu lebih berharga dari sebelumnya."

Pihak berwenang Inggris tidak tahu persis berapa banyak veteran Perang Dunia II yang tersisa karena pencatat sensus negara tidak melacak dinas militer sampai tahun lalu. Angka-angka itu akan dirilis bulan depan.

Royal Air Force mengatakan hanya mengetahui satu pilot Battle of Britain yang masih hidup, orang-orang yang diabadikan Winston Churchill sebagai "sedikit" yang membantu mengubah gelombang perang.

Kapten John Hemingway merayakan ulang tahunnya yang ke 103 pada bulan Juli, namun jumlah yang masih hidup semakin berkurang.

Di antara mereka yang tewas tahun ini adalah Henriette Hanotte, yang menolong pilot Sekutu yang jatuh melintasi perbatasan Prancis saat mereka pulang.

Harry Billinge, yang baru berusia 18 tahun ketika bergabung dengan gelombang pertama pasukan yang mendarat di Gold Beach di Normandia pada D-Day, serta Douglas Newham, yang selamat dari 60 serangan bom sebagai navigator Angkatan Udara Kerajaan, adalah yang masih hidup, tetapi dihantui oleh mereka yang tidak kembali.

Masa itu adalah waktu pengorbanan bersama.

Kemudian Putri Elizabeth, seperti kebanyakan remaja, harus membujuk ayahnya untuk mengizinkannya bergabung dengan tentara pada tahun 1945.

Baca Juga: Istana Buckingham Rilis Rencana Detail Pemakaman Ratu Elizabeth II, Dikubur Bersama Pangeran Philip

Perpisahan Ratu Elizabeth II adalah pengingat akan kenyataan sunyi di seluruh Inggris: bangsa Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada pria dan wanita yang berperang di negara itu selama Perang Dunia II. (Sumber: AP Photo)

Ketika Elizabeth berusia 18 tahun, Raja George VI membebaskannya dari wajib militer karena dia mengatakan pelatihannya sebagai pewaris takhta lebih diutamakan daripada kebutuhan tenaga kerja pada masa perang.

Namun sang putri, yang memulai pekerjaan membantu perang pada usia 14 tahun dengan siaran kepada anak-anak terlantar dan kemudian merawat kebun sayur sebagai bagian dari program "Menanam untuk Kemenangan" pemerintah, berhasil mendapat izin ayahnya, Raja George VI.

Elizabeth mendaftar di Auxiliary Territorial Service pada Februari 1945 dan dilatih untuk menjadi sopir truk dan mekanik militer.

ATS adalah unit yang terbesar dari satuan bantuan tempur yang mengerahkan perempuan ke pekerjaan non-tempur seperti juru tulis, pengemudi dan pengendara pengiriman, membuat pria bisa ditugaskan di garis depan.

Sebagai anggota perempuan pertama dari keluarga kerajaan yang bertugas di angkatan bersenjata, Elizabeth dipromosikan menjadi komandan junior kehormatan, setara dengan kapten tentara, setelah menyelesaikan lima bulan pelatihan.

Tetapi perang berakhir sebelum dia dapat ditugaskan untuk tugas aktif.

Pada tanggal 8 Mei 1945, Putri Elizabeth muncul dengan seragam militer di balkon Istana Buckingham saat keluarga kerajaan menyapa rakyat yang merayakan menyerahnya Jerman.

Malam itu, dia dan saudara perempuannya, Putri Margaret, menyelinap keluar Istana Buckingham untuk ambil bagian dalam perayaan.

Baca Juga: Beri Penghormatan Terakhir, Warga Inggris Terus Padati Persemayaman Ratu Elizabeth II

Perpisahan Ratu Elizabeth II adalah pengingat akan kenyataan sunyi di seluruh Inggris: Bangsa Inggris mengucapkan selamat tinggal kepada pria dan wanita yang berperang di negara itu selama Perang Dunia II. (Sumber: AP Photo)

"Kami menyemangati raja dan ratu di balkon dan kemudian berjalan bermil-mil di jalanan," kenangnya kemudian.

"Saya ingat barisan orang tak dikenal yang bergandengan tangan dan berjalan di Whitehall, kami semua terbawa arus kebahagiaan dan kelegaan."

Banyak dari mereka yang mengambil bagian dalam kegembiraan itu sekarang telah pergi dan tidak akan kembali.

Di antara mereka adalah Frank Baugh, seorang Royal Marine yang membantu memandu kapal pendarat ke Sword Beach selama pendaratan D-Day tanggal 6 Juni 1944.

Dia kemudian berkampanye untuk sebuah tugu peringatan yang dibangun untuk memperingati 22.442 pria dan wanita yang tewas di bawah komando Inggris selama Pertempuran Normandia.

Beberapa bulan sebelum kematiannya pada bulan Juni di usia 98, Baugh mengunjungi British Normandy Memorial, yang menghadap ke pantai tempat dia bertarung.

"Saya ingin melihat anak-anak datang setiap saat," katanya.

"Karena mereka adalah orang-orang yang kita butuhkan untuk menceritakan apa yang terjadi, dan para pejuang yang tidak kembali, untuk mengingat mereka."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU