> >

Mahathir: Amerika Serikat Berusaha Memprovokasi Perang di Taiwan

Kompas dunia | 19 Agustus 2022, 23:05 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menuduh Amerika Serikat mencoba memprovokasi perang di Taiwan. (Sumber: AP Photo/Vincent Thian)

KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menuduh Amerika Serikat mencoba memprovokasi perang di Taiwan.

Mahathir, perdana menteri dua kali yang lama dikenal sebagai kritikus Barat dan geopolitiknya, memperingatkan, bahwa AS sedang memusuhi China melalui kunjungan baru-baru ini ke Taiwan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi dan lainnya.

China menganggap pulau demokrasi yang diperintah sendiri sebagai bagian dari wilayahnya dan menganggap kunjungan semacam itu sebagai campur tangan dalam urusannya.

"China membiarkan Taiwan tetap sendiri. Tidak masalah. Mereka tidak menyerang. Jika mereka ingin menyerang, mereka bisa saja menyerang. Mereka tidak melakukannya. Tapi Amerika memprovokasi (mereka) sehingga bisa terjadi perang, sehingga China akan membuat kesalahan dengan mencoba menduduki Taiwan," kata Mahathir yang berusia 97 tahun, seperti laporan Associated Press, Jumat (19/8/2022).

"Lalu ada alasan ... bagi AS untuk membantu Taiwan, bahkan melawan China dan menjual banyak senjata ke Taiwan," tambahnya.

Baca Juga: Klarifikasi Mahathir Mohamad Soal Klaim Kepulauan Riau: Saya Tidak Minta Malaysia Mengklaim

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menuduh Amerika Serikat mencoba memprovokasi perang di Taiwan. (Sumber: AP Photo/Vincent Thian)

Setelah kunjungan Pelosi, China meluncurkan latihan militer skala besar di sekitar pulau dan menembakkan rudal balistik ke laut.

Beijing juga memperingatkan Washington untuk tidak mendorong Taiwan untuk mencoba membuat kemerdekaan de factonya permanen, sebuah langkah yang menurut China akan mengarah pada perang.

Selain itu Mahathir juga mengomentari politik di negerinya. Dia mengharapkan partai berkuasa Malaysia mengadakan pemilihan umum beberapa bulan mendatang.

Di Malaysia, Mahathir mengatakan Organisasi Nasional Melayu Bersatu UMNO yang berkuasa kemungkinan sedang mempersiapkan jajak pendapat yang kemungkinan besar akan "menang besar." Ia menilai sejumlah pemilih Melayu kembali ke UMNO karena ditawari uang dan insentif lainnya.

"Saya kira mereka ingin mengadakan pemilihan umum tahun ini. Kalau bisa, mungkin dua atau tiga bulan dari sekarang, karena mereka merasa saat ini publik masih memandang mereka, dan oposisi terpecah, tidak teratur," katanya kepada AP.

Pemilihan tidak akan dilakukan sampai September 2023, tetapi beberapa anggota UMNO, termasuk mantan Perdana Menteri Najib Razak dan presiden partai Ahmad Zahid Hamidi, yang keduanya menghadapi tuduhan korupsi, berkumpul untuk pemungutan suara sebelumnya.

Mahathir adalah perdana menteri UMNO selama 22 tahun hingga pensiun pada tahun 2003.

Baca Juga: Anggota DPR Tanggapi Pernyataan Mahathir Mohamad Soal Kepri: Nostalgia, Tak Perlu Dianggap Serius!

Personel militer Taiwan berdiri di sebelah rudal Harpoon A-84 anti-kapal dan rudal udara-ke-udara AIM-120 dan AIM-9 untuk latihan pemuatan senjata di depan jet tempur F16V di Pangkalan Udara Hualien Taiwan, Rabu, 17 Agustus 2022. (Sumber: AP Photo/Johnson Lai)

Dia terinspirasi untuk kembali ke politik menyusul penjarahan besar-besaran dana negara 1MDB selama masa jabatan Najib Razak yang memicu gelombang kemarahan publik dan mendorongnya untuk memimpin oposisi ke kemenangan bersejarah dalam pemilu 2018 yang menggulingkan pemerintahan Najib.

Mahathir menjadi kepala pemerintahan tertua di dunia pada usia 93 tahun, tetapi aliansi reformisnya runtuh dalam waktu kurang dari dua tahun karena pembelotan.

UMNO kembali berkuasa dan sekarang memimpin pemerintahan koalisi baru.

Mahathir membentuk partai baru, Pejuang, dan aliansi Melayu untuk memperebutkan 120 kursi parlemen yang didominasi Melayu.

Dia mengatakan misinya tetap sama, yakni untuk "membersihkan" negara dan membentuk pemerintahan bebas korupsi.

"Saya tidak tahu tentang menjadi calon perdana menteri, tetapi jika saya cukup kuat, jika saya cukup sehat, jika mereka ingin saya bertarung, saya akan bertarung," kata Mahathir.

Baca Juga: Per 1 September, Mau Kerja di Malaysia Harus Dapat Izin Dari Lembaga Ini

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad hari Jumat, (19/8/2022) menuduh Amerika Serikat mencoba memprovokasi perang di Taiwan. (Sumber: Bloomberg)

"Saya akan berjuang, bahkan jika itu adalah pertempuran yang kalah," katanya.

"Saya akan berjuang karena saya percaya pada prinsip," tegas Mahathir seraya menekankan, "Saya percaya bahwa ini (Malaysia) adalah negara besar yang bisa menjadi negara maju, tetapi di bawah penjahat tidak akan pernah menjadi."

Najib tetap menyatakan dirinya tidak bersalah.

Karena masih dalam proses banding atas hukuman penjara 12 tahun di pengadilan pertama dari beberapa pengadilan yang sedang berlangsung di pengadilan tinggi negara itu, dia tidak akan diizinkan untuk mencalonkan diri jika terjadi pemilihan awal.

Mahathir mengatakan dia yakin Najib berharap untuk membuat comeback politik dengan kemenangan UMNO.

Baca Juga: Mahathir: Malaysia Harusnya Tuntut Singapura dan Riau Dikembalikan, Itu Tanah Melayu

Unit jet tempur dari Komando Palagan Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China ketika berpartisipasi dalam latihan militer gabungan di sekitar Taiwan, Minggu (7/8/2022). (Sumber: Gong Yulong/Xinhua via AP)

"Dalam pemilihan, jika UMNO menang, dia berharap pemerintah UMNO memintakan pengampunan untuknya, dan ketika dia mendapat pengampunan, (dan) dibersihkan sepenuhnya, dia kemudian bisa menjadi perdana menteri," kata Mahathir.

"Dia akan melakukannya. Percayalah, dia akan melakukannya."

Di depan internasional, Mahathir menggambarkan Presiden Joe Biden sebagai pemimpin yang "tidak efektif".

"Di satu sisi, dia sangat anti-Islam, dia tidak adil. Dia membiarkan Israel melakukan semua jenis kejahatan, genosida, dan dia tidak melakukan apa pun. Dia mendukung mereka," kata Mahathir, yang dituduh anti-Semitisme karena menyerang orang-orang Yahudi, yang dia tuduh atas krisis kemanusiaan di wilayah Palestina.

Dia juga mencerca Uni Eropa atas perang Rusia di Ukraina. "Apa yang NATO lakukan, Uni Eropa lakukan adalah untuk memprovokasi dan meminta Ukraina untuk berperang," kata Mahathir.

"Mereka berjanji untuk menerima Ukraina (ke dalam NATO) tetapi mereka tidak melakukannya."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU