Kisah Mata Hari, Mata-Mata Penari Erotis dari Jawa yang Ditembak Mati pada Perang Dunia I
Kompas dunia | 24 Juli 2022, 09:00 WIBKapten Georges Ladoux dari Biro Kedua dinas intelijen Prancis pura-pura percaya pada tutur kata Mata Hari. Bersama, keduanya mendiskusikan tugas mengirim Mata Hari ke Belgia yang saat itu diduduki Jerman. Di sana, Mata Hari ditugaskan merayu Putra Mahkota Jerman dengan imbalan 1.000 franc.
Baca Juga: Mata-Mata Rusia Tersebar hingga Kantor Perdana Menteri, Warga Ukraina Resah
Pada tahun itu, Mata Hari tak berhasil melakukan perjalanan itu. Namun, dalam perjalanan ke Den Haag lewat Spanyol dan Inggris, Mata Hari ditangkap saat kapal yang ia tumpangi berlabuh di Falmouth, pesisir Inggris tenggara, pada November 1916.
Sang penari eksotis itu kemudian diangkut ke Scotland Yard di London. Di markas pusat Kepolisian Inggris itu, Mata Hari diinterogasi oleh Sir Basil Thomson, kepala cabang khusus intelijen. Padanya, Mata Hari mengaku jadi mata-mata, tetapi menyebut bahwa ia bekerja untuk intelijen Prancis.
Sir Thomson yang meragukan pengakuan Mata Hari, kemudian berujar pada Mata Hari, “Nyonya, jika Anda mau menerima nasihat dari seseorang yang usianya hampir dua kali usia Anda, berhentilah melakukan apa yang telah dan tengah Anda lakukan.”
Dari London, Mata Hari pindah ke Madrid untuk merayu Mayor Arnold Kalle, seorang atase militer Jerman. Kalle kemudian memberi Mata Hari sejumlah informasi dan gosip tak berguna, yang diharap Mata Hari bisa diberikannya pada atasan barunya di Paris.
Mata Hari pun kembali ke Paris pada 3 Januari 1917 untuk mengambil bayarannya dari Ladoux. Namun, ia justru ditangkap oleh polisi Prancis di Hotel Elysee Palace pada 13 Februari 1917.
Antara Pelacur dan Pengkhianat
Dalam interogasi yang diikuti sidang pengadilan, Mata Hari dicecar pertanyaan seputar uang senilai 3.500 peseta (mata uang Spanyol saat itu) yang diterimanya dari Kalle. Para jaksa Prancis menuding, uang itu merupakan bayaran yang diterima Mata Hari dari intelijen Jerman.
Namun, Mata Hari mengeklaim bahwa uang itu merupakan imbalannya sebagai ‘simpanan’ sang mayor Jerman.
“(Jadi) pelacur, ya benar. Tetapi pengkhianat, tak akan pernah!” begitu seruan pembelaan Mata Hari di depan sidang pengadilan Prancis pada Juli 1917.
Mata Hari mengeklaim, uang itu merupakan bayarannya atas ‘malam-malam penuh cinta’ bersama sang perwira Jerman itu.
Saat sidang pengadilan menyebut satu demi satu nama perwira Jerman yang pernah terlibat dengan Mata Hari, sang penari erotis itu pun membalasnya dengan membeberkan sejumlah nama pejabat Prancis yang disebutnya pernah bersamanya.
Jules Cambon, sekretaris jenderal Kementerian Luar Negeri Prancis, disebut Mata Hari pernah menjadi salah satu kekasihnya. Sang pejabat bahkan sempat dipanggil ke muka sidang untuk menguatkan pembelaan Mata Hari atas profesinya sebagai pelacur, dan bukan pengkhianat.
Baca Juga: Petinggi Garda Revolusi Iran Ditembak Mati di Teheran, Mata-mata Israel Ditangkap
Meregang Nyawa di Depan Regu Tembak
Sidang pengadilan berlangsung alot. Pada akhirnya, Mata Hari pun menyampaikan pembelaan terakhirnya.
“Tolong dicatat bahwa saya bukan orang Prancis, dan saya punya hak untuk menjalin hubungan dengan siapa pun dari kewarganegaraan mana pun. Perang bukan alasan yang cukup untuk menghentikan saya jadi seorang kosmopolitan,” tutur Mata Hari.
“Saya seorang yang netral, tetapi saya bersimpati untuk Prancis. Jika itu tidak memuaskan Anda, silakan lakukan sesuka hati Anda,” imbuhnya.
Meski tuduhan sebagai mata-mata Jerman tak sepenuhnya terbukti, Mata Hari kemudian diputuskan bersalah dan dijatuhi hukuman mati pada 25 Juli 1917.
Pada subuh 15 Oktober 1917, Mata Hari digiring ke barak Vincennes di pinggiran timur Paris. Di sana, ia diikat di sebuah tiang pancang dengan tali melilit pinggangnya. Menolak mengenakan penutup mata, Mata Hari dengan berani menyambut peluru regu tembak yang mengakhiri hidupnya.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Reader's Digest