> >

Jepang Punya Kontrol Senjata Ketat dan Tingkat Kriminalitas Rendah, Kenapa Shinzo Abe Ditembak Mati?

Kompas dunia | 9 Juli 2022, 08:05 WIB
Ilustrasi. Seorang warga berdoa di memorial sementara di lokasi pembunuhan eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Nara, barat Jepang, Jumat (8/7/2022). Pembunuhan Shinzo Abe mengejutkan seluruh dunia karena terjadi di negara dengan kontrol senjata ketat serta punya tingkat kriminalitas relatif rendah. Tersangka pembunuhan Shinzo Abe diyakini memakai senjata api rakitan. (Sumber: Hiro Komae/Associated Press)

TOKYO, KOMPAS.TV - Kabar pembunuhan eks Perdana Menteri Shinzo Abe dengan cara ditembak mati mengejutkan seantero Jepang dan seluruh dunia pada Jumat (8/7/2022).

Salah satu alasannya adalah pembunuhan pada siang bolong ini terjadi di negara dengan kontrol senjata ketat serta punya tingkat kriminalitas relatif rendah.

Shinzo Abe, perdana menteri dengan masa jabatan terlama dalam sejarah modern Jepang, ditembak mati ketika berkampanye di Nara, sekitar 500 kilometer di barat Tokyo. Politikus 67 tahun itu diserang ketika tengah berkampanye untuk partainya.

Jepang sendiri memiliki sangat sedikit kasus kekerasan yang melibatkan senjata api. Per 2021, hanya ada 10 kasus kriminalitas terkait senjata api dengan korban satu tewas dan empat terluka. Delapan dari kesemua kasus ini terkait aktivitas geng.

Ibu kota Tokyo bahkan tidak mencatatkan kekerasan senjata api sama sekali sepanjang 2021. Namun, sebanyak 61 senjata api disita otoritas setempat di sana.

Walaupun universitas-universitas besar di Jepang punya klub senapan dan polisinya bersenjata api, kebanyakan warganya hidup tanpa pernah melihat senjata api betulan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Ikut Berduka Atas Meninggalnya Mantan PM Jepang Shinzo Abe

Penusukan adalah tindak kriminal fatal yang lebih umum di Jepang. Menilik kondisi tersebut, debat mengenai hak memiliki senjata api bagi warga sipil sudah usang di negara itu selama berdekade-dekade.

“Warga Jepang dalam kondisi terkejut (akibat pembunuhan Abe),” kata profesor di Sekolah Manajemen Risiko Universitas Nihon Tokyo, Shiro Kawamoto, kepada Associated Press.

Kawamoto melanjutkan, acara kampanye yang dihadiri Abe dihadiri terlalu banyak orang. Sehingga, pengamanan sang politikus menjadi tantangan tersendiri.

“Ini terjadi sebagai peringatan bahwa kekerasan senjata api dapat terjadi di Jepang, dan keamanan untuk perlindungan politikus Jepang mesti ditinjau ulang. Berasumsi bahwa serangan seperti ini tidak akan terjadi adalah kesalahan besar,” sambung Kawamoto.

Di lain sisi, laporan bahwa senjata yang digunakan pelaku adalah senjata rakitan memperumit situasi. Pasalnya, pelaku tidak mendapatkan senjata api secara legal yang diatur undang-undang kontrol senjata api Jepang.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU