> >

Profil Eks PM Jepang Shinzo Abe: Jabat Paling Lama, Lahirkan Konsep Ekonomi 'Abenomics'

Kompas dunia | 8 Juli 2022, 14:16 WIB
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, terlihat di layar, selama pertemuan di Taipei, Rabu 1 Desember 2021. Shinzo Abe dilaporkan dalam keadaan kritis karena henti jantung usai ditembak dari jarak dekat saat tengah berpidato di Jepang barat, Jumat (8/7/2022) waktu setempat. (Sumber: Kyodo News via AP)

TOKYO, KOMPAS.TV - Kabar mengejutkan datang dari Jepang, mantan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe yang menjabat selama dua periode itu berada dalam kondisi kritis karena mengalami henti jantung setelah ditembak di Kota Nara, Jepang barat saat sedang berpidato, Jumat (8/7/2022).

Abe baru berusia 52 tahun ketika dilantik sebagai Perdana Menteri (PM) Jepang pada tahun 2006. Ia pun menjadi PM termuda di Negeri Sakura itu.

Dilansir dari RFI, saat dilantik, Abe tak hanya menjadi simbol bagi pemuda dan perubahan, namun juga membawa silsilah baru: politisi generasi ketiga yang dipersiapkan sejak lahir oleh keluarga elit dan konservatif.

Kakeknya, Kishi Nobusuke, menjabat sebagai PM Jepang dari tahun 1957 hingga 1960, dan paman buyutnya, Sato Eisaku, memegang jabatan yang sama dari tahun 1964 hingga 1972. 

Setelah lulus dari Seikei University di Tokyo (1977), Abe pindah ke Amerika Serikat. Dia belajar ilmu politik di University of Southern California, Los Angeles. 

Pada 1979, Abe kembali ke Jepang dan bergabung dengan Kobe Steel, Ltd. Ia kemudian menjadi aktif di Partai Liberal-Demokratik (LDP).

Selanjutnya, pada 1982, ia mulai bekerja sebagai sekretaris ayahnya, Abe Shintaro, yang merupakan menteri luar negeri Jepang. 

Pada 1993, Abe memenangkan kursi di Majelis Rendah (parlemen) dan kemudian memegang serangkaian jabatan pemerintahan.

Pada tahun 2003, ia diangkat sebagai Sekretaris Jenderal LDP. Karena batasan masa jabatan LDP, PM Jepang dan pemimpin LDP Koizumi Junichiro terpaksa meninggalkan jabatannya pada tahun 2006, dan dia digantikan di kedua pos tersebut oleh Abe.

Pada Juli 2007, LDP kehilangan kursi mayoritasnya di majelis tinggi akibat koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Jepang (DPJ), dan pada September Abe mengumumkan mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Fukuda Yasuo.

Bukan hanya alasan politis dari pihak oposisi, Abe juga didesak mundur dari jabatannya karena alasan kesehatan.

Baca Juga: Detik-detik Eks PM Jepang Shinzo Abe Ditembak, Berdiri Saat Pidato dan Dikelilingi Penjaga

Menderita penyakit usus ulcerative colitis kronis

Sejak remaja, Abe mengaku menderita penyakit usus kronis. Dokter mendiagnosa dirinya mengidap penyakit ulcerative colitis (kolitis ulseratif), penyakit yang menyerang lapisan terdalam dari usus besar (kolon) dan rektum serta berisiko tinggi menyebabkan kanker usus besar.

Namun, setelah menjalani pengobatan selama berbulan-bulan, Abe mengatakan kondisi ususnya telah membaik berkat bantuan pengobatan baru.

Baca Juga: Eks PM Jepang Shinzo Abe Kritis Usai Ditembak di Dada, Pelaku Didakwa Usaha Pembunuhan

Ciptakan konsep 'Abenomics' di periode kedua

Selepas berakhirnya periode pertamanya, Abe memutuskan untuk beristirahat dari politik. Suami dari Akie itu kemudian memutuskan kembali berkiprah di kancah politik dengan terpilih sebagai presiden partai pada September 2012. 

Tiga bulan menjadi pemimpin oposisi, dia lantas memimpin LDP meraih kemenangan telak di pemilu Majelis Rendah yang mengantarkannya kembali menjadi PM tahun 2012.

Saat itu, Jepang baru mulai bangkit karena dampak tsunami pada tahun 2011 dan rupanya diikuti oleh bencana meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima.

Tak hanya itu, pihak oposisi juga mengecamnya karena menilai Abe tidak kompeten.

Saat itu, Abe lantas menawarkan konsep 'Abenomics' untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang dengan pengeluaran pemerintah dan pelonggaran moneter besar-besaran, serta pemangkasan birokrasi.

Ia juga berusaha meningkatkan angka kelahiran di negara itu serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih ramah bagi orang tua, terutama ibu.

Abe juga mendorong kenaikan pajak konsumsi yang kontroversial untuk menolong biaya pembibitan dan menutup kesenjangan dalam sistem jaminan sosial Jepang yang berlebihan.

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV, RFI


TERBARU