> >

Pemerintah Arab Saudi Tetapkan Iduladha 9 Juli, Hari Arafah 8 Juli

Kompas dunia | 30 Juni 2022, 07:30 WIB
Seorang peternak Arab Saudi memamerkan dombanya yang gemuk dan sehat di pasar ternak dekat Riyadh pada 16 Juli 2021 (Sumber: Xinhua/Wang Haizhou)

RIYADH, KOMPAS.TV - Pemerintah Arab Saudi secara resmi menetapkan hari raya Iduladha jatuh pada 9 Juli 2022. Hal itu disampaikan Mahkamah Agung setempat pada Rabu (29/6/2022).

"Mahkamah Agung hari ini mengumumkan bahwa besok (Kamis, red), akan menjadi hari pertama Dhu Al-Hijjah [Dzulhijjah], menurut kalender Umm al-Qura, setelah bulan terlihat hari ini," tulis pemerintah, seperti diberitakan kantor berita Arab Saudi SPA.

Lebih lanjut, Mahkamah Agung menjelaskan bahwa ibadah haji akan dimulai pada 6 hingga 10 Juli 2022, dengan Hari Arafah jatuh pada 8 Juli.

Baca Juga: Kisah Puluhan Rumah Apung Ikonik di Sungai Nil Mesir, Terancam Musnah

Seperti diketahui, agama Islam menggunakan kalender lunar, penanggalan yang berpatok pada rotasi bulan di mana dalam setahun terdapat 12 bulan, dengan total 354 atau 355 hari, untuk menentukan jatuhnya waktu ibadah dan hari raya.

Melihat bulan sabit atau hilal digunakan untuk menentukan awal bulan puasa Ramadhan, yang jatuh pada bulan kesembilan serta Idul Fitri yang menandai akhir Ramadhan. Selain itu, patokan hilal atau bulan juga dilakukan untuk menetapkan waktu pasti hari raya Idul Adha.

Perbedaan wilayah geografis dan metode penentuan hilal bisa menimbulkan perbedaan jatuhnya tanggal pasti perayaan ibadah umat muslim di berbagai negara.

Sebagai contoh, Indonesia baru akan merayakan Idul Adha pada 10 Juli 2022, seperti diumumkan oleh Kementerian Agama RI.

“Sidang isbat telah mengambil kesepakatan bahwa 1 Dzulhijjah tahun 1443 Hijriyah ditetapkan jatuh pada Jumat 1 Juli 2022,” terang Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi pada Rabu (29/6).

“Dengan demikian Hari Raya Idul Adha 1443 H bertepatan pada 10 Juli 2022,” lanjutnya.

Di sisi lain, Muhammadiah dan Persatuan Islam (Persis) menetapkan Idul Adha tahun ini jatuh pada 9 Juli 2022, berbeda dengan yang diumumkan oleh Kementerian Agama.

Perbedaan metode dianggap wajar dan tidak menjadi masalah di kalangan ulama.

Baca Juga: Nyaris 40 Persen Warga Australia Tak Beragama, Hindu dan Islam Berkembang tetapi Masih Minoritas

Masyarakat juga diminta tidak mempermasalahkan hal ini. Perbedaan adalah rahmat. 

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/SPA


TERBARU