> >

PBB: Konsumsi Ganja Meningkat akibat Pandemi Covid-19

Kompas dunia | 27 Juni 2022, 19:08 WIB
Thailand menjadi negara Asia pertama yang menerapkan kebijakan deskriminalisasi ganja. (Sumber: Kompas.com)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Narkotika PBB melaporkan lockdown akibat pandemi Covid-19 dan legalisasi ganja di banyak wilayah, membuat konsumsi ganja terus meningkat.

Pada Senin (27/6/2022), Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengungkapkan bahwa ganja yang ada di pasaran saat ini memiliki kandungan tetrahydrocannabinol (THC) yang cukup tinggi.

Di samping manfaat besarnya sebagai obat, UNODC juga menyoroti meningkatnya risiko depresi dan bunuh diri akibat tingginya konsumsi ganja.

"Proporsi orang dengan gangguan kejiwaan dan bunuh diri yang terkait dengan penggunaan ganja secara teratur, telah meningkat," jelas UNODC, seperti dikutip dari Reuters via Tribun News, Senin (27/6).

Pihak UNODC melihat bahwa semakin maraknya legalisasi ganja telah mempercepat tren penggunaan obat tersebut setiap harinya. Mereka melihat ada peningkatan signifikan penggunaan ganja pada orang dewasa muda.

Baca Juga: Kisah Para Pemohon Legalisasi Ganja untuk Kesehatan

Laporan UNODC juga menyebut sekitar 284 juta orang, atau 5,6 persen dari populasi dunia, telah menggunakan obat-obatan seperti heroin, kokain, amfetamin atau ekstasi pada tahun 2020.

Dari jumlah itu, 209 juta di antaranya menggunakan ganja. Penggunaan ganja pun disebut meningkat selama periode lockdown Covid-19 di tahun 2020.

Di tahun yang sama, produksi kokain mencapai rekornya. Perdagangan melalui jalur laut pun meningkat ditandai dengan tingginya laporan penyitaan pada tahun 2021.

Pasarnya pun meluas, dari wilayah Amerika Utara dan Eropa, ke Afrika dan Asia.

Sedangkan untuk penggunaan ganja di kalangan remaja, masih cukup stabil di level yang wajar.

Diketahui, sejumlah negara bagian di AS telah melegalkan penggunaan ganja non-medis, diawali oleh Washington dan Colorado pada tahun 2012.

Negara-negara lainnya di kawasan Amerika mulai mengikuti langkah AS di tahun-tahun berikutnya, seperti Uruguay pada 2013 dan Kanada pada 2018.

Baca Juga: Aksi Ibu Carikan Obat Ganja untuk Anaknya yang Mengidap Cerebral Palsy Undang Simpati

Penulis : Kiki Luqman Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Tribun News


TERBARU