> >

Ketakutan, Sejumlah Tentara Rusia Enggan Kembali ke Medan Pertempuran di Ukraina

Krisis rusia ukraina | 4 Juni 2022, 12:58 WIB
Ilustrasi tentara Rusia. (Sumber: AP Photo)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Sejumlah tentara Rusia dilaporkan mengalami trauma dan ketakutan sehingga enggan kembali ke pertempuran di Ukraina.

Salah satu yang mengungkapkan hal tersebut adalah Sergey, bukan nama sebenarnya.

Ia telah mengabiskan waktu lima pekan berperang di Ukraina pada awal tahun ini.

Sergey kini telah berada di Rusia, dan tengah berusaha mencari dukungan legal untuk menghindari dikirim kembali ke garis depan.

Baca Juga: Korban Terbaru Penyerangan Rusia ke Ukraina: Benua Afrika

“Saya tak ingin kembali (ke Ukraina) untuk membunuh dan dibunuh,” tuturnya dilansir dari BBC.

Sergey diyakini sebagai satu dari ratusan tentara Rusia yang tengah mencari dukungan legal untuk tak kembali ke Ukraina.

Ia mengatakan telah mengalami pengalaman traumatis di Ukraina.

“Saya selalu berpikir kami adalah tentara Rusia, yang paling super di dunia,” ujarnya.

Namun menurutnya, pada kenyataannya mereka bertempur tanpa perlengkapan dasar, seperti alat untuk penglihatan malam.

“Kami seperti kucing yang buta. Saya terkejut dengan tentara kami. Tak akan diperlukan dana yang besar untuk melengkapi kami. Kenapa hal itu tak dilakukan?” tuturnya.

Sergey bergabung dengan tentara Rusia, sebagai peserta wajib militer.

Namun setelah beberapa bulan, ia memutuskan untuk menandatangani kontrak sebagai tentara profesional sehingga menerima gaji.

Ia mengaku pada Januari, dirinya dikirim ke perbatasan Ukraina setelah diberitahu akan melakukan latihan militer.

Saat Rusia melakukan penyerangan ke Ukraina, unitnya pun langsung diturunkan dan menghadapi perlawanan dari Ukraina.

Ia mengungkapkan, komandan unitnya menjelaskan kepada mereka, bahwa mereka akan bertempur dan itu bukan lelucon.

Baca Juga: China Ingin Beri Bantuan Finansial kepada Rusia, Lagi Cari Cara untuk Hindari Sanksi Barat

Mengetahui hal itu, Sergey mengaku dirinya sangat terkejut.

“Yang pertama terlintas dalam pikiran saya ‘Apa ini benar-benar terjadi kepada saya?’” tuturnya.

Ia mengungkapkan, mereka terus ditembaki, baik saat bergerak atau saat tengah parkir di malam hari.

Di unitnya ada 50 orang, dan 10 telah tewas serta 10 orang lainnya terluka.

Ia mengungkapkan, hampir semua rekan di unitnya berusia di bawah 25 tahun.

Sergey mengatakan unitnya kemudian masuk ke pedalaman Ukraina, dan terlihat kurangnya strategi.

Bantuan dikabarkan gagal datang, dan tentara dengan perlengkapan yang kurang memadai, ditugaskan menduduki kota besar.

Keluhan Sergey atas kurangnya peralatan, juga muncul dari tentara Rusia lainnya yang pembicaraan dengan keluarganya berhasil disadap Badan Keamanan Ukraina.

Sergey sendiri akhirnya kembali ke Rusia pada awal April, namun ia kemudian kembali menerima penugasan untuk kembali ke Ukraina.

Ia pun kemudian mengatakan kepada komandannya bahwa ia tak siap untuk pergi.

“Ia mengatakan itu keputusan saya. Mereka bahkan tak berusaha untuk meyakinkan kami, karena kami bukan yang pertama,” katanya.

Tetapi ia merasa khawatir dengan reaksi unitnya atas keputusannya menolak kembali.

Oleh sebab itu, ia menegaskan dirinya memutuskan untuk mencari bantuan hukum.

Menurut pengacara hak asasi manusia (HAM) Rusia, Alexei Tabalov, setiap komandan mencoba mengintimidasi tentara yang dikontrak untuk bertahan di unitnya.

Baca Juga: Warga Prancis Kembali Tewas di Ukraina, Prajurit Sukarelawan yang Terbunuh dalam Pertempuran

Namun ia menegaskan, Hukum Militer Rusia menambahkan klausa yang mengizinkan tentara untuk menolak berperang jika mereka tak menginginkannya.

Aktivis HAM Sergei Krivenko menegaskan, ia tak pernah mendengar adanya dakwaan bagi mereka yang menolak kembali ke garis depan.

Sergey sendiri mendapatkan nasihat dari pengacaranya untuk kembali ke markas unitnya, dan mengajukan surat bahwa mereka secara moral dan psikologi kelelahan, sehingga tak bisa lagi berperang di Ukraina.

Ia diberitahu kembali ke unitnya sangat penting, karena meninggalkannya bisa diterjemahkan sebagai desersi.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU