> >

Polisi Akui Salah Ambil Keputusan dalam Penembakan yang Tewaskan 19 Anak SD di Texas

Kompas dunia | 28 Mei 2022, 10:26 WIB
Direktur Departemen Keamanan Publik Texas Steven McCraw, Jumat (27/5/2022), mengakui polisi telah mengambil keputusan yang salah yang menyebabkan 19 anak SD tewas pada insiden penembakan di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, Amerika Serikat. (Sumber: AP Photo/Wong Maye-E)

TEXAS, KOMPAS.TV - Kepolisian mengaku telah membuat keputusan yang salah dalam insiden penembakan yang menewaskan 19 anak SD di Texas, Amerika Serikat (AS).

Pihak kepolisian disorot setelah tidak segera menyerbu ke ruang kelas di Sekolah Dasar Robb di Uvalde, Texas, AS, Selasa (24/5/2022), saat pelaku berada di dalamnya.

Akibatnya, selain 19 anak SD meregang nyawa, dua guru juga tewas atas serangan tersebut.

Keputusan yang salah yang dibuat kepolisian itu pun diungkapkan Direktur Departemen Keamanan Publik Texas Steven McCraw.

Baca Juga: Mahathir Mohamad Hantam Grup Ekonomi IPEF Pimpinan AS: Jika Memang Tulus, Undang China

Menurut McCraw, komandan lapangan yang diidentifikasi sebagai kepala polisi distrik sekolah, percaya bahwa pelaku, Salvador Ramos (18 tahun), membarikade dirinya di kelas tersebut.

Ia juga meyakini anak-anak di dalam sekolah tak berada dalam kondisi bahaya.

“Ia yakin pada saat itu bahwa tidak ada lagi ancaman bagi anak-anak dan bahwa subjek dibarikade dan mereka punya waktu untuk mengatur masuk ke dalam kelas,” ujar McCraw, Jumat (27/5/2022), dilansir dari NBC.

“Tentu saja itu bukan keputusan yang benar. Itu adalah keputusan yang salah,” tambahnya.

Pernyataan McCraw itu keluar setelah pihak berwenang menghabiskan tiga hari memberikan informasi yang sering bertentangan dan tak lengkap tentang 90 menit yang berlalu antara saat pelaku memasuki sekolah dan saat ia ditembak mati petugas.

Tim taktis Patroli Perbatasan AS mengakhiri insiden tragis tersebut dengan menembak mati Ramos.

Baca Juga: Penembak yang Tewaskan 19 Anak SD Bisa Masuk Gedung Sekolah tanpa Dihalangi, Polisi Dianggap Lelet

Menurut pejabat penegak hukum federal, agen taktis Patroli Perbatasan AS sempat menekan penegak hukum lokal untuk segera bergerak.

Namun, atas inisiatif sendiri, tim Patroli Perbatasan akhirnya bergerak masuk.

McCraw juga mengungkapkan, selama penyerangan, guru dan anak-anak berulang kali menghubungi 911 untuk meminta pertolongan.

Bahkan seorang gadis kecil meminta agar polisi segera dikirim.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : NBC News


TERBARU